Bagaimana reaksi mereka menghadapi kenyataan itu, emosi dan sikap para tokoh-tokohnya. Film ini mengingatkan saya satu bagian dari neorealisme yaitu tempat syuting yang terbatas, yaitu pantai, villa hingga gereja.
Ada karakter yang santai menonton televisi menikmati pertunjukkan musik Leonard Cohen  bertajuk "Dance Me to The End of Love" hingga  cuplikan TV dari Charlie Chaplin yang memasak sepatunya di The Gold Rush.
Adegan yang menarik ialah pengurus rumah tangga Peru, yang berlinang air mata pada satu menit. Dia ingin terbang pulang  biar bisa bersama putranya. Namun pada menit berikutnya, dia menyajikan kue ulang tahun seolah-olah dunia tidak berakhir
Ada seorang bapak kedatangan putranya padahal sudah ada istri dan anak perempuan dari pasangan yang lain. Â Tetapi kedua anak itu malah bermain bersama di pantai. Â Bagi saya absurd. Â
Apakah film ini memperlihatkan bagaimana asteroid menghantam Bumi? Memangnya film Hollywood.
Duta Besar Italia untuk Indonesia Benedetto Latteri  mengatakan ITAFF ini merupakan yang ketiga dan memenuhi permintaan dari pecinta film Indonesia menayangkan film terbaik dari negaranya.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H