Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dokumentasi Pribadi: Majalah Tourism Netherland India Maret-April 1929

15 April 2024   21:55 Diperbarui: 15 April 2024   21:56 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fotokopian Majalah-Foto: Irvan Sjafari

Dalam suatu kunjungan di Perpustakaan Nasional saya memfotokopi satu majalah utuh tentang Tourism Netherland India  Volume IV March April 1929.  Penerbitnya adalah Official Tourist Bureau di Noordwijk Weltervreden, Batavia.

Artikel utama  bertajuk "Word Tours in Java" (halaman 7-11)  mengungkapkan perjalanan para wisatawan yang menumpang kapal Empress of Australia. Canadian Pasific Railway Company, bekerja sama dengan American Express Company dan sejumlah perusahaan lain.

Para wisatawan ini terbagi dalam berapa grup dengan tujuan berbeda.  Ada yang hanya mengunjungi Batavia dan Bogor, ada yang ke Bandung, Garut dan Yogyakarta.

Rombongan pertama awalnya berkeliling di  Kota Tua Batavia, ikon seperti Penang Gate, Jembatan Intan, kanal-kanal di kota tua (tentunya masa itu masih baik).  Laporan artikel ini menyebutkan para wisatawan menjelajahi Gunung Sahari ke Weltevreden, Gondangdia Baru.

Tulisan ini mengungkapkan Kali Besar pada masa itu merupakan pusat bisnis yang disebut "Wallstreet" nya Batavia.  Mereka juga melihat kampung pribumi di Gambir dan Tanah Abang, menikmati pertunjukkan di Club Harmonie dan Hotel Des Indies.  

Artikel itu menuturkan Weltevreden memiliki pohon-pohon yang ditata teratur serta apik.  Para turis berkeliling kawasan orang Eropa hingga Menteng dengan menggunakan sepeda motor hingga merasakan hawa tropis.

Spot kota yang dikunjungi meliputi Waterloo Plein (Lapangan Banteng), Pasar Senen, Gedung Volksraad, Meester Cornelis dan Bidara Cina.

Ketika tiba di Bogor para turis mengunjungi Kebun Raya (waktu itu disebut Taman Botani). Bogor menurut informasi artikel itu adalah ibu kota musim panas Hindia Belanda.   

Grup lain yang mengujungi Parayangan singgah di Bandung, menggunkan sepeda motor menuju kawah Tangkuban Perahu, menikmati susu segar dari perusahaan terbesar  di Lembang.

Artikel ini memuji keindahan Gunung Cikurai, Danau Situ Bagendit dan Leles, singgah di Cisurupan dan Ngamplang.

Fotokopian Majalah-Foto: Irvan Sjafari
Fotokopian Majalah-Foto: Irvan Sjafari

Kelompok lain berkeliling di Yogyakarta, menyambangi Kraton, menikmati pertunjukan wayang orang dan tarian yang menurut penulis perpaduan dari   tarian Siam dan Kamboja.

Di wilayah ini, kelompok wisatawan juga singgah di Candi Borobudur dan Mendut.  Setelah menikmati keindahan kedua candi ini mereka kembali ke Yogyakarta untuk menunjungi pusat kerajinan batik dan pasar rakyat.

Kelompok ini kembali ke Batavia menggunakan sepeda motor ke Semarang untuk kemudian kembali ke Batavia naik kapal.

Majalah itu dipenuhi oleh iklan hotel yang kondang masa itu, seperti The Grand Hotel Villa Dolce Garut, Hotel der Nederland di Weltevreden, Netherland Indie Hotel Co yang meliputi jaringan penginapan seperti Hotel Bellevue Bogor, Grand Hotel Ngamplang, Grand Hotel Tjisoeropan  serta dua hotel di Bromo yaitu Grand Hotel Tosari dan Hotel Nongkodjajar di Lawang, Jawa Timur.

Hotel lain di Bandung tentu saja Grand Hotel Homman, Grand Hotel Preanger, hingga Hotel Salabintanah di Sukabumi.

Informasi lain dari majalah itu memuat peta jalan di Sumatera, yang memberikan informasi jalur bus di Sumatera Barat, Bengkulu, Palembang dan Medan. Daerah Aceh tidak direkomendasikan untuk kunjungan wisata masa itu.

Majalah itu melengkapi literasi saya tentang sejarah pariwisata di Hindia Belanda.  Destinasi yang berkembang pada masa Hindia Belanda Baca: Pangandaran Masa Hindia Belanda  dan kawasan Garut Baca:  Tasikmalaya Garut dan Pendakian Papandayan, Bandung dan Sekitarnya Baca:  Wisata Bandung dan Sekitarnya 

Khusus untuk Jawa Barat saya mendapatkan kesan dari seluruh referensi sumber primer yang saya dapat dari sejumlah tulisan bahwa destinasi wisata sejak masa Hindia Belanda hingga masa kini terutama untuk wisata alam, tidak terlalu banyak bertambah.

Tempat-tempat itu adalah Kebun Raya Bogor, Puncak Pass, Gede Pangrango, wisata alam sekitar Sukabumi, Tangkuban Perahu Situ Patenggang, Situ Bagendit, Ciwidey, Papandayan, Cikuray hingga Pangandaran, dibangun masa Kolonial. 

Hanya saja pada masa itu yang menikmati wisata hanya kalangan orang Eropa dan segelintir bangsawan.  Majalah Tourism Netherland India menambahkan informasi bahwa tur dengan sepeda motor dinikmati wisatawan.

Irvan Sjafari

 

Sumber Foto:  https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_hotel_Villa_Tjisoeroepan._TMnr_60002548.jpg  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun