Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Badarawuhi di Desa Penari, dari Sosial, Budaya dan Sejarah

13 April 2024   11:42 Diperbarui: 13 April 2024   11:45 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hops.id/

Dari sisi sejarah Kimo tepat sekali memotret suasana 1980-an. Bisa-bisanya dia menemukan kendaraan yang ada pada masa itu dalam kondisi terlihat baru seperti saya dibawa oleh mesin waktu ke masa itu.

Kimo dan timnya bisa membuat setting pasar 1980-an lengkap papan iklan seperti masa itu dan gaya rambut serta busana anak muda masa itu.

Kimo paham menggambarkan bagaimana lelembut yang menyerupai manusia itu bisa mengecoh manusia seolah mereka makanan yang enak padahal daging monyet-sebetulnya sudah ada di KKN Desa Penari, namun cerita folkfor ini sudah banyak saya dengar dan baca.

Adegan yang cukup mengerikan ialah ketika ternak sapi, ayam milik warga desa itu jadi bangkai dan ladang jagung yang mengering juga menakjubkan bagi saya.  Bagi warga yang kental  menganut kepercayaan mistis itu pasti panik. Apalagi desa itu disebut dikeliling pemukiman lelembut. 

Begitu juga dengan tarian dan musik gamelan tradisional yang menjadi elemen mengerikan.  Tanpa perlu penampakan yang mengagetkan.  Begitu juga pemandian untuk para penari-saya juga  pernah baca soal petirtaan Ken Dedes di dalam wilayah Kabupaten Malang jadi masuk akal secara sejarah sosial budaya bahwa memang ada pemandian untuk ritual seperti ini.

Hanya satu pertanyaan di benak saya dari segi sejarah sosial budaya, masa sih gadis muda dari kota ketika mendengar musik gamelan dari tengah hutan mau-maunya menghampiri walau ditemani Ratih (Claresta Taufan) dan bukannya minta teman laki-lakinya ikut mengawal.  Sekalipun tidak percaya hal mistis tetapi itu daerah asing yang baru dikenalnya, masa seberani itu? Apalagi dia bukan pencinta alam. 

Kecermatan ini membuat saya memberikan poin untuk Kimo yang menjadikan Badarawuhi di Desa Penari naik kelas dibanding KKN Desa Penari.

Saya juga mencatat  Kimo punya pengalaman membuat film yang sebetulnya dari segi sejarah sosial budaya sebangun dengan Badarawuhi di Desa Penari, yaitu Dread Out (2019) yang diambil dari game, namun punya latar budaya Sunda dan sejarah kolonial.

Dalam menggarap DreadOut Kimo sudah apik memotret bagaiana rumah tradisional Sunda, pakaiannya, hingga logatnya.  Pada waktu wawancara dengan saya Kimo menyebut dari sekitar Cirebon.  Baca:  DreadOut, Game, Milenial dan Budaya Sunda  

Sutradara Kelahiran Bandung 25 Juni 1980  juga  tahu soal cara berpikir Simpe Man karena dia juga jadi sutradara Sewu Dino juga diangkat dari karya Simple Man.   Film ini juga bernuansa budaya Jawa yang kental.  Karya debutan Kimo berjudul Bunian pada 2004  juga berbau sosial dan budaya.

Jadi dari perspektif sosial, budaya dan sejarah, Badarawuhi di Desa Penari, apik tenan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun