Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Badarawuhi di Desa Penari, dari Sosial, Budaya dan Sejarah

13 April 2024   11:42 Diperbarui: 13 April 2024   11:45 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak banyak sekuel maupun prekuel dari sebuah film Indonesia sukses yang saya tonton  bisa lebih baik secara kualitas atau menggunakan istilah sekarang naik level.  Badarawuhi di Desa Penari adalah salah satunya.

Saya melihat Sang Sutradara Kimo Stamboel  paham betul bahwa membuat film  berlatar sosial kultural Jawa Timuran  berikut sejarahnya (saya kira sekitar Banyuwangi) bukan hal mudah.  Bukan saja soal dialek, tetapi juga bentuk rumah hingga kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya.

Kesulitannya masih ditambah dengan setting sejarah 1955 dan 1980 di perdesaan dan hutan memerlukan ketelitian, mulai dari pakaian, transportasi, hingga teknologi yang ada jangan sampai salah hingga menjadi cibiran para sejarawan atau mereka paham sejarah masa itu.

Cerita dibuka dengan tradisi pemilihan dawuh untuk pesembahan penunggu hutan agar desa terhindar dari mara bahaya pada 1955.  Tradisi ini harus dilakukan setiap 25 tahun.

Penguasa alam gaib itu ialah Badarawuhi (Aulia Sarah) akan memilih satu di antara tujuh penari perempuan yang diseleksi untuk menjadi dawuh untuk menemaninya.

Ritual di suatu pendopo di tengah hutan dengan mantera yang diucapkan sesepuh Desa yang disebut Putri ditemani Buyut sudah cukup membuat bulu kuduk merinding.  Mereka berangkat dengan selubung kain putih. Satu persatu penari yang tidak dipilih jatuh, kecuali satu.

Namun yang satu itu justru ditukar dengan yang penari lain.  Gadis itu diminta pergi meninggalkan desa dengan membawa sebuah perhiasan miik Barawuhi. Sempat bertemu sosok "Sang Penguasa", dara itu lolos.

Pada 1980 Mila (Maudy Effrosina) bersama dua sepupunya datang ke sebuah kota kecil untuk mengembalikan gelang milik Badarawuhi agar ibunya sembuh dari penyakit misterius.

Dengan bantuan kenalan salah seorang dari pemuda mereka menumpang pickup ke tempat yang disebut Desa Penari.  Mereka ingin bertemu Buyut, yang dituakan di desa itu untuk bertanya soal gelang itu.

Masalahnya, misi itu tidak terlalu mulus karena tepat pada 25 tahun harus ada ritual pemilihan dawuh dan Mila adalah salah satu kandidat yang diincar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun