Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dokumentasi Pribadi, 2001: A Space Odyssey, Peletak Dasar Film Fiksi Ilmiah

11 April 2024   00:41 Diperbarui: 11 April 2024   00:42 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
afi.com/news/2001-a-space-odyssey-1969-afi-movie-club

Meneruskan membongkar catatan diaryku terkait berbagai hal review film buku atau suatu peristiwa yang awalnya kupendam untuk diirnya sendiri, tetapi akhirnya aku putuskan dibagikan ke publik.  Pada 20 Agustus 2009 aku menonton 2001: A Space Oddysey karya Stanley Kubrick di Youtube dan aku pernah juga nonton di British Council cuma  lupa kapan.

Bagi aku 2001: A Space Odyssey adalah salah satu film yang membuat aku jatuh cinta pada genre fiksi ilmiah. Lainnya adalah serial televisi X-File, Lost in Space dan Star Trek. Film fiksi ilmiah seperti halnya novel Jules Verne sudah memprediksi temuan ilmiah yang belum ada zamannya. Namun 2001: A Space Odyssey dibuat pada 1968 memberikan filosofi sendiri.

Salah satu adegan memorable yang tidak bisa aku lupa ketika tokoh utamanya melayang menembus batas waktu dan menjadi bagian evolusi dari angkasa diiringi lagu Blue Danube karya Johan Strauss yang begitu indah dan membuat merinding. 

Bagaimana seandainya saya  dalam posisi jadi astronot seperti itu bisa terombang-ambing antar ruang dan waktu, terbebaskan? Pengalaman menakjubkan atau mengerikan? Berikut catatan itu tentu saja proses pengeditan, tetapi subtansi cara berpikir pada masa itu tak diubah.

Review: Evolusi Kubrick

Dave: Hello HAL do you read me, HAL?

HAL:  affirmative, Dave, I read You

Dave: Open the Pod bay Doors, HAL

HAL: I'm sorry Dave, I'm afraid, I can't do that

Percakapan antar astronot Dave Bowman dengan komputer HAL merupakan salah adegan yang menegangkan dalam 2001: A Space Odyssey, ketika Dave hendak membawa rekannya Frank yang mengalami kecelakaan dengan POD (sekoci pesawat angkasa).  Namun hal itu dihalangi HAL.

Komputer itu punya kepentingan mengausai monolith (batu hitam) yang memanjang yang bisa membuat lompatan evolusi. Film fiksi ilmiah rilis 1968 ini maju puluhan tahun dari Terminator konflik antar manusia dan mesin.

Scene awal film ini ketika sekelompok mansia kera (yang dipercaya ilmuwan sebagai awal evolusi manusia) menemukan monolith itu di sekitar tempat tinggal mereka.

Ada dua hal implikasinya, pertama cikal bakal manusia menjadi cerdas, Sejak itu manusia menggunakan tulang binatang sebagai senjata berburu dan sekaligus membunuh sesamanya,

Kedua, membawa perubahan kehidupan yang damai menjadi konflik. Manusia mulai menunjukkan sikap kompetisi di antara sesamanya, tetapi justru karena itu manusia bisa sampai ke bulan.

Pergantian ini disimbolkan dengan tulang yang terlontar ke udara dan menjadi pesawat angkasa 1999. Ceritanya di bulan sekelompok ilmuwan ini bertemu monolith lagi. Lalu pada 2001 Dave dan Frank dan menemukan evolusi berikutnya.

Ending film ini dahsyat Dave mengalahkan HAL  dan ia tiba di planet Yupiter bersua monolith lagi melalui cahaya  melihat proses evolusi Bumi.  Tiba d sebuah istana melihat orang tua sebeutlnya dirinya, makan. Lalu bergolek tak berdaya depan monolith yang mengubahnya menjadi bayi lagi yang siap dilahirkan.

Bayi dalam Rahim itu melayang  ke angkasa siap untuk kembali ke Bumi.  Simbol evolusi berikutnya yang siap dimulai. Ending yang surealis dan menggantung.  Saya kira film ini seharusnya ada lanjutannya.

Tonggak Film Fiksi Ilmiah

Banyak adegan tanpa dialog. Orang berjalan di pesawat tanpa grativitasi cukup spektakuler di masanya juga sampai sekarang.  Menurut saya tak perlu membandingkan komputer masa itu dan gambaran komputer masa sekarang.

Adegan berjalan di angkasa yang sepi dan langit berwarna htam begitu eksotis sekaligus mencekam.

Saya membayangkan betapa sepinya jadi astronot di angkasa sebagai mahluk sosial. Bercakap-cakap dengan komputer, main catur, mendapat transmisi selamat ulang tahun dari orangtua, hingga ngobrol dengan anaknya adalah hiburan mewah. Itu kalau berangkat sendiri atau berdua.

Ketika tidak berlaku pembagian waktu seperti di Bumi 24 jam, seandainya saja nggak ada jam, pakai standar apa manusia menentukan waktu tidur, makan mengingat smeua penuh bintang, tidak ada matahari yang beredar.

Menarik melihat Dave berolahraga lari di koridor kapal seperti di gym pagi hari. Sebagi sebuah film fiksi ilmiah 2001: A Space Odyssey adalah salah satu tonggaknya.

Irvan Sjafari

Kredit Foto: https://www.afi.com/news/2001-a-space-odyssey-1969-afi-movie-club/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun