Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Crossboy di Indonesia 1950-an, Pengaruh Film atau Kurangnya Wadah Remaja?

4 April 2024   15:17 Diperbarui: 4 April 2024   15:29 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesan-kesan di negeri kita belakangan ini dikejutkan oleh banyak berita yang menyedihkan buat para paedogog (pendidik), apa yang disebut sebagai crossboy yang merajalela di kota Bandung, Solo, Bogor, entah di mana lagi.

Lebih dari itu banyak terjadi kemaksiatan-kemaksiatan yang keji dilakukan oleh para pemuda.

Berapa bulan yang lalu seorang pemuda Bogor telah membunuh  bekas pacarnya dengan sbeilah pisau dengan 13 mata luka, justru pada pagi hari di dekat rumah korban menjelang waktu berangkat anak-anak ke sekolah.

Baru-baru ini pula di Solo seorang pemuda telah memperkosa seorang gadis cilik berumur 10 tahun.

Kedua contoh ini telah jatuh ke tangan pihak berwajib urusannya dan langsung atau tidak orang mengatakan kemaksiatan itu terjadi disebabkan pengaruh buruknya film.  Sebab di pembunuh yang menghabisi pacarnya malamnya baru saja menonton film A Life in Balance (yang juga bermotifkan suatu pembunuhan), sedang di pemerkosa dari solo adalah tukang catut karcis bioskop.

Apa yang merajalela sekarang dengan nama Crossboy tadi dengan nama mentereng seperti Selendangboys, Setanboys dan lain sebagainya adalah sangat jelas lebih massal dan bahayanya akan massal pula, sebanyak-banyaknya.

Jadi kalau mereka hendak mengancam teror atau mengobrak-abrik suatu pesta atau toko-smeoga jangan terjadi kejadian seseram ini-akan besar pula kerusakan yang mereka timbulkan, karena mereka bertindak secara gerombolan.

Sampai naskah ini dikerjakan kabar yang dimuat di dalam koran hanya menyebutkan keonaran yang mereka timbulkan dalam pesta orang yang melakukan perhelatan.  Namun marilah kita mencoba melihat letak itu crossboys di antara paedagogi dan film.

Crossboys adalah bocah-bocah yang terorganisir. Mereka mungkin sekali adalah pemuda-pemuda yang tidak punya kerja dengan perkataan yang sembrono: gelandangan.

Tetapi tidaklah aneh, bahwa di antara mereka kebanyakan adalah anak-anak sekolah. Sungguhpun akan hal ini kami belum mengadakan penseknamaan (meneliti) yang lebih jauh.

Pemuda adalah suatu tingkat usia yang sedinamis-dinamisnya, kita sama-sama tahu.  Jadi adalah suatu kewajaran bahwa pemuda-pemuda yang tak berketentuan kerja dan sekolah lalu mengorganisir apa yang disebut Selendangboys, Setanboys dan entah apa Boys pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun