Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wanadri dan Mapala 1964-1969, Awal Gerakan Pencinta Alam Indonesia

30 Maret 2024   00:05 Diperbarui: 30 Maret 2024   00:09 1527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gie dalam salah satu kegiatan pendakian-Foto: Catatan Seorang Demonstran/National Geographic.

Soe Hok Gie adalag saah seorang pelopor  pendirin organisasi. Aktivis mahasiswa terkemuka. Jenuh dengan situasi yang penuh intrik dan konflik politik di kalangan mahasiswa waktu itu.

Hok Gie mengusulkan untuk membentuk suatu organisasi yang bisa menjadi wadah berkumpulnya berbagai kelompok mahasiswa.

Hal ini dibenarkan Herman Onesimus Lantang, rekan Hok-gie di Fakultas Sastra Universitas Indonesia mengatakan banyak organisasi mahasiswa yang masuk sebagai onderbouw para politik tertentu.

Herman seperti dikutip dari Goodnews Indonesia juga muak dengan iklim politik kampus.  Dalam benaknya ide membentuk wadah untuk menampung mahasiswa yang ogah digolong-golongkan ke dalam partai politik tertentu dan lebih senang berkegiatan di alam bebas.  

Hok Gie terbilang sering mengorganisir kegiatan pendakian ke berbagai gunung tinggi di Pulau Jawa. "Tujuan Mapala ini adalah mencoba membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat, dan almamaternya," tulis Hok Gie di Majalah Bara Eka Nomor 13 tahun iii, Maret 1966 yang dikutip dari Kompas.

Pendakian Gunung  Paruh Kedua Dekade 1960-an

Bagaimana pendakian gunung pada paruh kedua 1960-an?  Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran menulis pada 30-31 Mei sampai 1-2 Juni 1969, Gie berangkat bersama Sunarti, Sjafe'i, Djoko dan Purnama dengan naik kendaraan umum.

Mereka mulai mendaki sore hari dan pada pukul 16.30 sampai di batas air untuk beristirahat naik lagi.  Jam 18.00 mereka makan lontong dan markisa. Pendakian berjalan lambat dan mereka sempat disusul rombongan penduduk desa  yang beteriak: "Allahu Akbar!"pada pukul 20.30

"Seram juga. Kita biarkan mereka lewat lebih dahulu dan menolak berjalan bersama. Mereka juga cepat sekali jalannya."

Mereka beristirahat memasang tenda pada pukul 21.00 dan melanjukan perjalanan pada pukul 4.30. Perjalanan ternyata panjang dan tiba di puncak pukul 14.00. Praktis tak terlihat apa-apa karena kabut.

Gie dan kawan-kawan makan biscuit dan membagikan air gula. Salah seorang rekannya Purnama sempat kolaps.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun