Manusia akhirnya  terus menuai akibat perbuatannya menebar sampah plastik ke dalam sungai hingga kelautan hingga sampah itu berubah menjadi mikroplastik. Satu-satu demi akibat kesehatannya terungkap.
Studi baru menemukan bahwa orang dengan plak arteri yang mengandung mikroplastik empat kali lebih mungkin terkena serangan jantung atau stroke dibandingkan mereka yang memiliki plak bebas plastik.
Para peneliti di Naples memeriksa plak lemak yang dikeluarkan dari pembuluh darah pasien dengan penyakit arteri . Ternyata mereka menemukan bahwa lebih dari setengahnya memiliki endapan yang terkontaminasi dengan partikel kecil polietilen atau polivinil klorida (PVC).
Mikroplastik terbentuk ketika sinar matahari, air, dan zat lain mengikis plastik menjadi pecahan yang panjangnya kurang dari 5 milimeter.
Pada ukuran ini, partikel dapat masuk ke tubuh dan darah kita melalui makanan, air, dan bahkan udara yang kita hirup. Â Sayangnya, masih sedikit yang diketahui mengenai potensi dampak kesehatannya.
Francesco Prattichizzo di IRCCS MultiMedica, sebuah rumah sakit di Italia, dan rekan-rekannya mencari bukti adanya mikroplastik pada plak arteri dari 257 orang dewasa.
Semuanya menjalani operasi antara Agustus 2019 hingga Agustus 2020 untuk menghilangkan plak dari arteri yang membawa darah ke otak.
Analisis kimia mendeteksi plastik di plak dari 150 peserta. Dengan menggunakan mikroskop, para peneliti juga dapat melihat partikel bergerigi di dalam plak -- bukti nyata adanya mikroplastik.
Tim kemudian memantau peserta penelitian hingga Juli 2023. Mereka  menemukan bahwa selama periode tersebut, mereka yang plaknya mengandung mikroplastik memiliki peningkatan risiko penyakit jantung dan kematian.
Rata-rata, mereka empat kali lebih mungkin meninggal atau terkena serangan jantung atau stroke dibandingkan peserta dengan plak bebas plastik. Hal ini menunjukkan bahwa mikroplastik berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular.
Dalam tulisannya di New England Journal of Medicine, para dokter menjelaskan bagaimana mereka menganalisis plak lemak yang diambil dari 304 pasien penderita aterosklerosis yang mempengaruhi arteri karotis.
Arteri karotis adalah pembuluh darah utama yang memasok darah ke leher, wajah, dan otak. Penyakit ini menyebabkan penumpukan plak di arteri, yang secara signifikan meningkatkan risiko stroke. Plak dapat dihilangkan dengan prosedur yang disebut endarterektomi karotis.
Tes laboratorium pada plak yang diekstraksi menunjukkan adanya polietilen pada 150 pasien dan polivinil klorida pada 31 pasien, serta tanda-tanda peradangan.
Pada pemeriksaan di bawah mikroskop elektron, para peneliti melihat partikel asing bergerigi di timbunan lemak, sebagian besar berukuran kurang dari seperseribu milimeter.
Para dokter memantau 257 pasien selama rata-rata 34 bulan setelah plak karotis mereka dihilangkan. Mereka yang plaknya mengandung partikel plastik memiliki kemungkinan 4,5 kali lebih besar terkena stroke atau serangan jantung, atau meninggal karena sebab apa pun, dibandingkan mereka yang plakatnya bebas dari polusi plastik.
Dr Raffaele Marfella, penulis pertama studi tersebut di Universitas Campania Luigi Vanvitelli di Naples mengatakan jika data ini terkonfirmasi karena kita tidak berdaya melawan polusi plastik," kata
"Satu-satunya pertahanan yang kita miliki saat ini adalah pencegahan dengan mengurangi produksi plastik," ujar Marfella seperti dilansir News Scientist dan The Guardian.
 Marfella menyebutkan polusi plastik ada dimana-mana dan menjangkau seluruh bumi. Jika masyarakat berhasil dalam tugas besar-besaran untuk mengurangi polusi plastik, manfaat kesehatan dari pembersihan ini  akan terlihat selama bertahun-tahun.
Masyarakat harus sadar akan risiko yang kita ambil dalam gaya hidup kita. Dia berharap pesan peringatan dari penelitian kami akan meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya pemerintah, untuk akhirnya menyadari pentingnya kesehatan Bumi.
"Untuk mewujudkannya dalam sebuah slogan yang dapat menyatukan kebutuhan akan kesehatan bagi manusia dan planet ini, bebas plastik adalah hal yang menyehatkan bagi jantung dan Bumi," pungkasnya.
Irvan Sjafari
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H