Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sensus Burung Buktikan Ancol Jadi Benteng Strategis Konservasi

26 Februari 2024   22:47 Diperbarui: 27 Februari 2024   07:01 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Sensus Burung Air-Foto: Belantara

Kawasan Ancol menjadi lokasi penting bagi pelestarian burung air dan benteng strategis konservasi  di Jakarta.  Hal ini terbukti dalam sensus burung yang dilakukan Ancol Taman Impian berkolaborasi dengan Jakarta Birdwatcher's Society dan Belantara Foundation pada 25 Februari 2024.

Sensus ini digelar dalam rangka memperingati Asian Waterbird Cencus (AWC) atau sensus burung air se-Asia.

Empat kawasan  yang menjadi tempat sensus burung itu adalah Ecopark, Putri Duyung Resort, Dermaga Marina dan Pantai Timur Ancol, Jakarta.

Ancol Taman Impian dipilih menjadi kegiatan sensus burung air se-asia tahun ini karena lokasi yang berada di pesisir Jakarta, terdapat hutan bakau tersisa dan merupakan daerah tujuan wisata.

Berdasarkan sensus burung air yang telah dilakukan di empat kawasan Ancol tahun 2024 ini, berhasil mengidentifikasi 40 jenis burung dengan total 337 individu.

Dari 40 jenis burung tersebut, terdapat 10 Jenis burung air dengan total 93 individu.

Sementara 10 Jenis burung tersebut yaitu blekok sawah (Ardeola speciosa), kuntul kecil (Egretta garzetta), kokokan laut (butorides striatus), pecuk ular asia (Anhinga melanogaster), kuntul perak (Ardea intermedia), kowak malam abu (Nycticorax nycticorax), trinil pantai (Actitis hypoleucos), cangak abu (Ardea cinerea), pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan kareo padi (Amaurornis phoenicurus).

Dari 10 jenis burung air tersebut, terdapat satu jenis burung migran yaitu trinil pantai (Actitis hypoleucos).

Berdasarkan status keterancaman, terdapat satu jenis burung air yang masuk ke dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), yaitu burung pecuk ular asia (Anhinga melanogaster) berstatus hampir terancam punah / Near Threatened (NT).

Hasil sensus burung air se-asia 2024 ini akan dilaporkan kepada Wetlands International Indonesia sebagai koordinator AWC Indonesia dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Hasil sensus burung air ini dapat menjadi pengayaan data burung air Pemprov DKI Jakarta.

Turut hadir sebagai sukarelawan sensus burung air di kawasan Ancol dari berbagai sektor, yaitu pelajar dan mahasiswa, praktisi konservasi, komunitas muda penggiat lingkungan, sektor swasta dan jurnalis serta masyarakat umum.

Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis burung air yang terdapat di kawasan Ancol sekaligus menumbuhkan kesadaran (awareness). Selain itu kegiatan ini  memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya generasi muda akan pentingnya menjaga dan melestarikan keberadaan burung air yang menjadi sasaran sensus.

Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Eddy Prasetyo menyampaikanAncol tidak hanya merupakan kawasan wisata akan tetapi juga merupakan rumah keanekaragaman hayati flora dan fauna ekosistem pesisir.

"Hal ini sejalan dengan salah satu fungsi kami sebagai lembaga konservasi dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati, keberadaan ini terus kami monitor dan evaluasi bekerja sama dengan Jakarta Birdwatcher Society agar dapat menjaga keberlangsungan kehidupannya," ujar Eddy dalam keterangan tertulisnya yang saya terima, 26 Februari 2024.

Ancaman Terhadap Burung Air

Sementara itu, Koordinator Jakarta Birdwatcher's Society, Ady Kristanto mengatakan bahwa keberadaan burung, khususnya burung air di Jakarta juga menghadapi ancaman serius termasuk kehilangan habitat.

Hal ini disebabkan urbanisasi, pencemaran air di Teluk Jakarta, perburuan, dan tekanan dari aktivitas manusia. Upaya konservasi sangat dibutuhkan untuk melindungi burung air dan habitat mereka.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya burung di alam masih sangat rendah, sehingga banyak masyarakat yang acuh terhadap peran dari burung air bahkan memburunya.

"Oleh karena itu, kegiatan pengamatan burung sebagai upaya penyadartahuan warga perlu ditingkatkan dan kegiatan sensus burung air ini adalah salah satunya", ujar Ady.

Kegiatan Sensus Burung- Foto: Belantara Foundation
Kegiatan Sensus Burung- Foto: Belantara Foundation

Pada tempat terpisah, Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengemukakan bahwa pelibatan masyarakat khususnya generasi muda, merupakan salah-satu kunci keberhasilan pelestarian satwa liar, termasuk burung air beserta habitatnya.

"Anak zaman now sangat aktif dalam memviralkan sesuatu di media sosial. Kekuatan ini perlu diarahkan untuk banyak hal yang positif, termasuk dalam memviralkan pentingnya burung air dilestarikan," ujar Dolly.

Dia menyebutkan, banyak cara untuk terlibat dalam pelestarian burung air beserta habitatnya, salah satunya yaitu berpartisipasi aktif dalam melakukan sensus burung air yang ada sekitar tempat tinggal mereka.

Aksi tersebut diunggah di media sosial sehingga dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi masyarakat khususnya generasi muda untuk terlibat aktif dalam menjaga dan melindungi burung air di daerah mereka.

Sensus burung air ini bukan pertama kalinya. Pada Januari 2020, Ancol Taman Impian bersama Biodiversity Warriors pernah melakukan kegiatan AWC di kawasan Ecopark Ancol dan berhasil mengidentifikasi 14 jenis burung dengan total 132 individu. Dari 14 jenis burung tersebut, terdapat empat jenis burung air dengan total 19 individu.

Jenis-jenis burung air tersebut yaitu blekok sawah (Ardeola speciosa), pecuk ular Asia (Anhinga melanogaster), kokokan laut (Butorides striata), dan kareo padi (Amaurornis phoenicurus). Setelah itu, kegiatan AWC di kawasan Ancol belum dilakukan kembali karena adanya pandemi Covid-19 di seluruh daerah di Indonesia.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun