Oligarki  mulai gelisah.  Ketika sawit yang mereka buat dengan merusak hutan jadi jatuh harganya.  Karena kami melalui Ayu Sanggramawijaya  Killisuci  membuat sawit dengan rekayasa genetika hingga bisa ditanam di tanah gersang. Â
Ayu dapat patennya mampu membuat produksi sawit jadi cukup untuk membuat minyak goreng di Indonesia. Â Pabriknya tentu dibuat oleh klonningan kami lagi. Â Jadi nggak ada tuh minyak goreng langka, telur ayam langka. Â Bahkan dia dinyatakan lulus dan mendirikan perusahaan sendiri dan suamiya si Irwan tetap dibiarkannya bekerja sesuai maunya.
Kami juga buat cluster-cluster listrik tenaga matahari  yang membuat pemakaian batubara berkurang.  Itu kami atur melalui Menteri ESDM yang sudah kami kendalikan, kami juga mengendalikan Menteri Pertanian, LHK yang berani lawan oligarki.
Oh, itu bisa terjadi, karena yang menang Pemilu dua tahun lalu adalah Taufik Mulyana,mantan Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat. Â Dia mengalahkan Dimas Haris dengan tipis. Â Tetapi kemenangannya menimbulkan keguncangan karena oligarki dibuat menurun pendapatannya.
Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Eropa Barat mulai takut karena Indonesia menjadi mandiri dalam berapa hal. Kami bisa membuat panel listrik tenaga surya menjadi lebih murah bahkan mendekati gratis. Â Semua dalam waktu cepat dua tahun ini sejak kami mulai bergerak.
Kami membuat pesawat tempur sendiri dengan energi matahari yang nggak perlu suku cadang dari AS, Eropa Barat.  Lalu kalau ada di antara mereka yang usil, orang kami mengancam akan mendekati Iran.
Coba negara tetangga yang takut kalau Iran punya pesawat tempur canggih yang tidak perlu bahan bakar dan tidak bisa dideteksi radar. Â
Hanya saja ulah saya membuat populasi perempuan meningkat tajam, sementara jumlah laki-laki mulai menurun akibat virus Razov. Virus hanya menumpas laki-laki yang nakal, kok! Â Jumlah perempuan klonningan menambah populasi perempuan. Kami bisa membuat perempuan menjadi lebih awet muda.
Dinas Kependudukan  pernah bingung dari mana asalnya orang-orang itu dan juga asal aku dan Ananda Tetapi di database, semua identitas lengkap dengan tempat, tanggal lahir, termasuk dari Panti Asuhan yang sudah lama bubar. Â
Kami paham birokrat itu tidak akan menjadi sejarawan menanyakan kepada orangtua di sana sejarah Panti Asuhan. Apalagi itu bukan proyek yang ada duitnya. Lagipula tidak ada yang merasa rugi dengan keberadaan kami.
Kami merekayasa mesin pendataannya, juga keberadaan Ayu yang tadinya tidak ada jadi ada sebagai mahasiswa. Â Pikiran pada birokrat kami masuki. Kami tahu kok pejabat sangat pragmatis, yang penting mereka nggak repot.