Untuk memberi makan sejumlah penghuni menurut Pikiran Rakjat edisi itu  setiap  hari dibutuhkan 25 kilogram  daging sapi, 50 kilogram ubi, 30 sisir pisang,  10 kilogran pepapaya 35 ikat kangkung, 30 wortel, puluhan biji jagung muda, serta 10 kilogram dedak,Â
Pikiran Rakjat 21 Januari 1969 memuat  Surat Pembaca, Dian Jalan Oto Iskandar Di Nata Bandung  yang menyebutkan kebobrokan karena keadaan keuangan dan kurang adanya keahlian serta kedisipinan daripada petugasnya.  Mengusulkan
1. Pelajar SD diwajibkan membayar Rp1, Sekolah Menengah Rp2 dan mahasiswa Rp4 per bulan dengan imbalan bisa setiap hari masuk kebun binatang
2. Setiap turis luar negeri menyumbang dana penyayang binatang  5 dolar untuk anak-anak dan orang dewasa 10 dolar dengan tanda bukti bis masuk gratis ke kebun binatang seluruh Indonesia
3. Mempopulerkan penyayang binatang
4. Perlu adanya Badan Pengawas  untuk segenap binatang mengetuk hati dokter, polisi, pramuka
5. Kursus untuk petugas kebun binatang
Pada masa itu Ema Bratakoesoema memimpin Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) dan sekaligus kebun binatangnya hingga wafat pada 1984.
Sayangnya Ema  tidak mempunyai cukup dana untuk membangun kembali Kebun Binatang Bandung yang keadaannya sudah porak poranda. Sementara keadaan ekonomi dan perbankan nasional  pada 1950-an hingga 1960-an  juga belum berkembang. Sumber : Elib. Unikom. Â
Padahal disadari betul bahwa untuk membangun kembali kandang-kandang dan menambah satwa-satwa koleksi memerlukan dana yang tidak sedikit. Disamping itu, sudah barang tentu diperlukan pula tenaga-tenaga karyawan yang kecakapannya sesuai.
Sedangkan pada waktu itu, pengangkatan karyawan tidak didasarkan pada keahlian atau kemampuan 6 pengurusan satwa, melainkan didasarkan pada kesediaan dan kesanggupan.