Banyak  hewan yang harus beradaptasi dengan sampah plastik yang dibuang oleh manusia di habitat mereka.  Dampaknya juga ada di Indonesia
Yang paling anyar  penelitian yang dilakukan dari Universitas Ilmu Hayati Poznan,  Polandia yang menemukan sebanyak 386 kelomang atau umang-umang menjadikan tutup botol plastik, potongan pipa plastik, bahkan potongan  bolam lampu dari logam  sebagai cangkangnya.
Marta Szulkin, seperti dikutip dari BBC dan Science Daily salah seorang peneliti mengatakan 10 dari 16 kelomang darat di dunia sudah menjadikan sampah plastik sebagai tempat berlindungnya.Â
Penelitian ini mengungakpkan bahwa sampah plastik tidak saja berdampak pada terlukanya kepiting tetapi juga pada evolusi kelomang. Tim peneliti mencari tahu mengapa hal itu terjadi?
Biasanya  kelomang ini mengais dan menggunakan cangkang bekas siput untuk melindungi tubuh mereka yang rapuh. Mereka harus berebut dengan kepiting memprebutkan cangkang bekas siput ini.  Szulkin menduga cangkang siput alami sudah berkurang.  Hal ini mendorong kelomang mencari alternatif cangkang buatan.
Bagi kelomang tampaknya 'cangkang' plastik  lebih ringan, karena tubuh mereka mungil dan lebih lemah untuk bertahan hidup.  Hal ini logis berdasarkan studi baru-baru ini, yang mencoba mengukur skala polusi plastik di laut, memperkirakan bahwa ada setidaknya 171 triliun keping plastik yang mengambang di lautan sekarang.
Cangkang memberikan perlindungan pada kelomang dari kekeringan hingga perlindungan dari predator, sehingga mempengaruhi kelangsungan hidup dan reproduksi kelomang. Akibatnya, kualitas dan ketersediaan cangkang merupakan hal mendasar bagi kebugaran individu.
Kelomang menggunakan cangkang sebagai sinyal seksual penting yang mencerminkan kualitas jantan. Betina memilih pasangannya bergantung pada ciri cangkang jantan seperti ukuran atau kondisi fisik.
Tinggal ditunggu, apakah kepiting dan kelomang akan berebutan sampah plastik untuk cangkang mereka.
Sampah plastik sudah berapa tahun ini membuat para ilmuwan miris. Â National Geographic edisi Juni 2018 melaporkan seorang biolog menggunakan tang dari pisau tentara Swiss sebagai upaya mengeluarkan sedotan plastik dari lubang hidung penyu.Â