"Sekarang penting untuk mengetahui apakah panas berlebih dapat mengganggu kestabilan es dan menyebabkannya menyusut lagi," pungkas Wolff.
Penelitian dari Norwegia Senada
Penelitian yang sebangun dinyatakan Irina Rogozhina, seorang profesor di Universitas Sains dan Teknologi Norwegia (NTNU) mengatakan hilangnya es di Antartika terjadi terutama karena mencairnya lapisan es dan mencairnya es yang disebabkan oleh lautan.
Proses ini mempercepat pergerakan aliran es di daratan, yang melepaskan lebih banyak es ke lautan dan pada akhirnya es tersebut hilang karena mencair dan melahirkan anakan.
Rogozhina mencatat bahwa fenomena ini kemungkinan besar bertanggung jawab atas hilangnya es yang lebih besar selama periode pemanasan bumi. Di Greenland, misalnya, kedua proses ini menyebabkan sekitar 65 persen dari seluruh hilangnya es.
Peneliti dari NTNU, termasuk kelompok Rogozhina, baru-baru ini meneliti es di Queen Maud Land di Antartika Timur.
Mereka menemukan bahwa lapisan es di wilayah ini telah mengalami variasi yang signifikan dari waktu ke waktu. Penelitian ini sangat penting dalam meningkatkan pemahaman kita tentang iklim bumi dan perubahannya.
Tim menganalisis lapisan es Antartika Timur dan pencairan yang terjadi beberapa ribu tahun lalu. Temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications Earth & Environment pada Mei 2023.
Distribusi es di Antartika tidak seragam. Di bagian barat, sebagian besar lapisan es berada di bawah permukaan laut, mencapai kedalaman hingga 2.500 meter, sehingga sangat rentan terhadap pemanasan laut.
Sebaliknya, sebagian besar lapisan es di wilayah timur terletak di daratan di atas permukaan laut, sehingga kurang rentan terhadap pengaruh laut.
Para peneliti menemukan bahwa lapisan es Antartika Timur lebih tipis di masa lalu, terutama setelah berakhirnya zaman es terakhir, ketika lapisan es besar menutupi Amerika Utara, Eropa utara, dan Amerika Selatan bagian selatan.