Hasil penelitian  mereka menunjukkan ekspor bikarbonat sama dengan, atau bahkan melampaui, jumlah karbon yang tersimpan di dalam tanah.
Oleh karena itu, perkiraan sebelumnya mengenai sumber karbon biru ini telah meremehkan potensi mangrove  dan rawa asin dalam mitigasi perubahan iklim.
"Hasil kami menunjukkan bahwa ekosistem karbon biru lebih efektif dalam memitigasi perubahan iklim dibandingkan perkiraan sebelumnya. Saat ini, perlindungan dan restorasi ekosistem mangrove dan rawa asin menjadi semakin penting," pungkasnya.
Penelitian Reithmaier memperkuat sejumlah penelitian sebelumnya. Kehilangan mangrove sama fatalnya dengan deforestasi.
Antara  2000 hingga  2015 sebanyak 122 juta ton karbon terlepas  akibat hilangnya hutan bakau. Capaian itu  kira-kira setara dengan emisi tahunan Brasil. Lebih dari 75 persen emisi karbon tanah berasal dari penggundulan mangrove di tiga negara saja: Indonesia, Malaysia, dan Myanmar.
Jonathan Sanderman dari Woods Hole Research Center di Amerika Serikat mengingatkan diperlukan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling padat karbon di dunia. "Jika tidak diganggu, tanah hutan bakau akan berperan sebagai penyerap karbon jangka panjang," ujar Sanderman seperti dikutip dari Mongabay.Â
Penelitian tim Sanderman yang dipublikasikan di Environmental Research Letters pada 2018, menemukan tanah mangrove menyimpan sekitar 6,4 miliar metrik ton karbon pada 2000.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kandungan karbon hutan bakau (baik tanah maupun biomassa) sekitar 4,19 miliar metrik ton.
Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Airlangga Wahyu Isroni dalam sebua pemaparan kajian pada 4 September 2021 menuturkan pohon mangrove memiliki kemampuan mereduksi karbon yang tinggi.
Mangrove mampu menyerap 52,85 ton CO2/ha/tahun. Â Sayangnya kondisi hutan mangrove di Jawa dan Sulawesi bisa dikategorikan rusak. Kondisi ini secara signifikan mengurangi penyerapan CO2 di Indonesia.
"Apalagi saat ini penebangan hutan mangrove untuk pembukaan lahan baru bisa mencapai 52.000 hektar per tahun. Tentu penyerapan CO2 di Indonesia akan menurun drastis," ujar Wahyu dikutip dari situs Unair.Â