Masih ada harapan untuk mengurangi emisi karbon sekaligus efek rumah kaca, yaitu dengan memelihara hingga merestorasi mangrove untuk mengimbangi dampak deforestasi yang makin sulit untuk dihentikan. Â
Penelitian baru dari Universitas Gothenburg menunjukkan mangrove mungkin dua kali lebih efektif meredam dampak emisi karbon dalam jumlah besar dari perkiraan sebelumnya.
Selama ini orang hanya mengenal mangrove untuk fungsi mereduksi menangkal air pasang sekaligus juga menjadi habitat alami sejumlah spesies.
Keberadaan mangrove membantu mitigasi perubahan iklim. Karbon dioksida disimpan dalam biomassa dan di tanah berlumpur.
Peneliti kimia kelautan di Universitas Gothenburg Gloria Reithmaier menyampaikan timnyai telah menemukan tambahan simpanan karbon di hamparan hutan mangrove dan rawa asin.
Temuan baru ini  menunjukkan bahwa sebagian besar karbon diekspor ke laut dalam bentuk bikarbonat saat air pasang surut dan tetap terlarut di laut selama ribuan tahun.
"Bikarbonat menstabilkan pH dan dapat mengurangi pengasaman laut. Kontribusi ini sebelumnya telah diabaikan," kata Reithmaierdalam situs Universitas Gothenburg awal Februari 2024.Â
Bikarbonat tidak berbahaya dan digunakan antara lain dalam baking powder. Di lautan, karbonat dan bikarbonat digunakan untuk membuat cangkang dan kerangka karang.
Reithmaier dan rekan-rekannya meminta bantuan ilmuwan dari 12 negara berbeda untuk menganalisis transportasi karbon intertidal di 45 rawa mangrove dan 16 rawa asin di seluruh dunia.
Ketika mereka memperhitungkan ekspor bikarbonat dari ekosistem ke laut, ukuran perangkap karbon di ekosistem tersebut menjadi dua kali lipat.