Kemudian ada pemilahan sampah dan plastiknya di daur ulang. Beberapa produsen sudah membuat produknya dengan plastik daur ulang.Â
Penggunaan Sampah Plasik Jadi ProdukÂ
Kemudian ada sejumlah pihak yang membuat produk bata, conblok, bahkan mebel dengan menggunakan kantong plastik sekali pakai, ada wirausaha menggunakan plastik sekali pakai dibuat tas.Â
Namun ada kritik lagi, apakah bahan ini aman jika terbakar terutama untuk bahan bangunan dan mebel?
Pada 2000-an, sewaktu kerja di Info Kelapa Gading, kami melakukan liputan ke SMAN 13, di mana ada seorang guru mendorong murid-muridnya membuat kerajinan membuat jas hujan dari sachet bekas kopi, deterjen atau apalah. Itu bisa ditiru. Â Sepertinya jas hujan ini tidak bakal tembus air, karena produsen merancang sachet ini kuat.
Pertanyaan berikutnya  sampai seberapa besar orang-orang seperti ini mampu mereduksi sampah plastik?  Ongkosnya juga besar dan produksi massalnya butuh banyak tenaga dan biayanya bagaimana? Walau jas hujan  dengan bahan sachet ini bisa dijual?
Kalau pun ini jalan, apakah bisa mengimbangi pertambahan sampah plastik?
Pemilahan sampah organik dan sampah plastik itu sudah  saya lakukan.  Sekalipun di rumah sendiri. Saya makan tanpa sisa kok. Botol plastik saya kumpulkan saya kasih pemulung karena di dekat rumah tidak ada bank sampah. Sampah sachet tidak diterima pemulung dan itu masalah.
Produk Isi Ulang dan Kembali ke Era Sebelum Plastik MarakÂ
Solusinya refill atau isi ulang mungkin bisa jadi solusi kalau diterapkan. Jadi pergi ke pasar swalayan untuk beli isi ulang produk seperti  sampo , deterjen, sabun cair, kecap, sambal saus, minyak goreng dan sebagainya.  Ini perisis seperti galon air isi ulang.  Mau nggak produsen dan pasar swalayan membuat desain terkait isi ulang ini? Â
Pertanyaan produsen saya kira cuma satu: berapa biayanya kalau menyediakan isi ulang di banyak titik. Dari pasar swalayan, tempatnya bagaimana? Kalau lima produk saja isi ulang berapa spot yang dibutuhkan di ruang yang terbatas.