Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lebih dari Satu Triliun Ton Es di Greenland Lenyap, Apa Dampaknya?

20 Januari 2024   22:36 Diperbarui: 20 Januari 2024   23:16 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mencairnya es Greenland-Foto: whoi 

"Fjord, semacam teluk yang  berasal dari lelehan gletser yang tebal di sekitar Greenland adalah penghambatnya. Di situlah aliran sungai mencoba melewati jalur sempit," kata Greene seperti dikutip dari  9news.com.au.  

Dampak Lebih dari Sekadar Kenaikan Permukaan Laut

Greene dan kawan-kawan  khawatir dampak yang lebih besar ialah tambahan sumber air tawar yang mengalir ke Atlantik utara mungkin  berdampak pada  runtuhnya arus laut  disebut sirkulasi jungkir balik meridional Atlantik yang disebut Amoc.

Efeknya memiliki konsekuensi yang parah bagi umat manusia.

Amoc mengangkut air hangat dari daerah tropis menuju Atlantik Utara, tempat air tersebut mendingin, menjadi lebih asin dan tenggelam jauh ke laut, sebelum menyebar ke selatan.

Hal ini memainkan peran penting dalam sistem iklim global, melindungi sebagian Eropa dan Amerika Serikat dari musim dingin yang lebih ekstrim dan kenaikan permukaan laut.

Keruntuhan sebagian Amoc memberikan  dampak yang besar terhadap Inggris, Eropa Barat, sebagian Amerika Utara, dan wilayah Sahel, dimana monsun Afrika barat dapat sangat terganggu

Amoc diketahui berada pada titik terlemahnya dalam 1.600 tahun dan 2021 para peneliti melihat tanda-tanda peringatan akan adanya titik kritis. Studi ini menunjukkan bahwa keruntuhan akibat mencairnya es Greenand  bisa terjadi paling cepat pada 2025 dalam skenario terburuk.

Prof Tim Lenton, di Universitas Exeter, Inggris, dan bukan bagian dari penelitian tersebut, mengatakan  tambahan masukan air tawar ke Atlantik utara ini menimbulkan kekhawatiran.

"Khususnya untuk pembentukan perairan dalam di Laut Labrador dan Laut Irminger di subkutub. pusaran air, seperti yang ditunjukkan oleh bukti lain, wilayah ini adalah wilayah yang paling rentan untuk berada dalam kondisi 'mati', atau runtuh," tuturnya seperti dikutip dari The Guardian.  

Misi GRACE NASA sebelumnya menemukan Islandia dan Greenland bersama-sama kehilangan 5.641 gigaton antara  2002 dan 2017. Jumlah ini cukup untuk menutupi Texas dengan lapisan es setinggi 7,8 meter. Tingkat kerugian telah meningkat sejak  1990an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun