Satu demi satu dampak perubahan iklim terkuak. Selain mencairnya es kutub utara dan Benua Antartika, gletser di Greenland yang berada di kawasan Artik juga mencair.
Hilangnya es Greenland dalam jumlah besar akibat pemanasan global telah terjadi selama beberapa dekade.
Para ilmuwan memperkirakan sebagian besar lapisan es Greenland berada di dekat titik kritis pencairan yang tidak dapat diubah lagi. Â Dampaknya kenaikan permukaan laut sebesar 1-2 meter mungkin sudah diperkirakan sebelumnya.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa lapisan es Greenland raib rata-rata 30 juta ton es per jam akibat krisis iklim. Â Penelitian baru ini menemukan bahwa hal tersebut 20 persen lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya.
Dengan menggunakan teknik baru yang memanfaatkan tenaga kerja dalam jumlah besar dan kecerdasan buatan untuk lebih fokus pada tepian gletser di negara ini.
Ahli glasiologi Chad Greene menemukan sekitar 1.034 gigaton es (sekira stau triliun ton) Â dari area seluas 5.000 km persegi lenyap sejak 1985. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di Nature 18 Januari 2024.
Tim peneliti memetakan lebih dari 235.000 posisi ujung gletser selama periode 38 tahun, dengan resolusi 120 meter.
Dalam studi tersebut, foto-foto satelit dianalisis oleh para ilmuwan untuk menentukan posisi akhir dari banyak gletser di Greenland setiap bulan dari 1985 hingga 2022. Hal ini menunjukkan pemendekan es yang besar dan meluas dan secara total berjumlah satu triliun ton es yang hilang.
Ilmuwan di Jet Propulsion Laboratory NASA menemukan "penurunan ujung gletser yang meluas", yang mempunyai implikasi potensial terhadap sirkulasi lautan dan distribusi panas ke seluruh dunia.
Karena lokasi hilangnya es yang tak terhitung jumlahnya akibat mencairnya es pada dasarnya sudah terjadi di permukaan laut, maka dampak terhadap kenaikan permukaan laut sangat kecil, namun Greene mengatakan bahwa hal tersebut sudah cukup untuk menimbulkan dampak lainnya.