Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peneliti Universitas Illinois: Pertanian Kota Bekal Kemandirian Pangan Masa Datang

17 Januari 2024   23:26 Diperbarui: 18 Januari 2024   09:05 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu titik Buruan SAE Bandung memanfaatjan atap rumah.

Apakah sebuah kota bisa mandiri secara pangan sekaligus memberikan manfaat pada lingkungan hidup dengan pertanian kota atau istilah kerennya urban farming?

Tim peneliti lintas disiplin termasuk dari Universitas Illinois Urbana Champaign  dalam makalah yang dirilis pada 10 Januari 2024  di Nature Food lalu menjawab: benar, pertanian kota memperkuat keberlanjutan dan ketahanan wilayah kota.

Menurut para peneliti pertanian perkotaan memiliki potensi untuk mendesentralisasikan pasokan pangan dan memberikan manfaat lingkungan seperti tempat habitat satwa liar  dan mengurangi masalah lingkungan seperti polusi.

Namun para peneliti juga mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mengenai manfaat dan risiko pertanian perkotaan dan proses sosial dari menanam lebih banyak pangan di wilayah perkotaan.

Rekan penulis studi Chloe Wardropper, asisten profesor di Departemen Sumber Daya Alam dan Ilmu Lingkungan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian, Konsumen dan Lingkungan (ACES) mengatakan lebih dari dua pertiga populasi global tinggal di wilayah perkotaan pada 2050.

Ketahanan wilayah tersebut mungkin terganggu karena ketergantungan mereka terhadap pangan impor  atau dari luar kota.

Namun Wardropper mengatakan ada pertanyaan terbuka tentang cara terbaik untuk meningkatkannya dan masalah lingkungan, kesehatan, dan keadilan apa yang perlu diatasi.

"Kami mengusulkan kerangka tiga fase yang saling berhubungan untuk lebih memahami dan membentuk pertumbuhan pertanian perkotaan di masa depan," kata Wardropper seperti dikutip dari situs  Universitas Illinois Urbana Champaign   

Terang dia, fase pertumbuhan pertama akan mencakup peningkatan minat, pengetahuan, dan akses individu terhadap sumber daya untuk menjalankan pertanian di wilayah perkotaan.

Fase  kedua, pelembagaan, atau transformasi peraturan dan dukungan organisasi untuk pertanian perkotaan.

Fase ketiga, pertumbuhan ekonomi dan pasar akan semakin mendukung dan mendiversifikasi pangan perkotaan."

Meskipun demikian ia mencatat pertanian perkotaan bukanlah obat mujarab. Bagaimana pun juga  koneksi perkotaan-pedesaan akan tetap penting bagi ketahanan pangan dan konsumsi global.

"Pertanian perkotaan bisa menjadi sangat penting bagi kota-kota seperti Miami yang impornya bisa terhenti secara tak terduga karena cuaca ekstrem."

Pertanian Kota di Indonesia: Kasus Bandung

Sejumlah kota di Indonesia sudah mengenal pertanian kota. Bandung adalah salah satu contoh yang paling bersemangat, karena pemerintah kotanya memperkenal apa yang disebut Buruan SAE (Sehat, Alami, Ekonomis).

Program Buruan SAE bertujuan ingin mengurangi ketergantungan Bandung dari daerah lain seperi beras, daging ayam, telur, sayur dan buah.  Di situs Buruan SAE  disebutkan Bandung membutuhkan 120 ton telur dan 600 ribu ekor ayam.  h

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar mengungkapkan ketika memunculkan program ini pada 2020 lalu, pihaknya hanya memberikan suntikan intervensi terhadap 60 titik pembuatan Buruan SAE. Baca: Buruan SAE Jadikan Bandung sebagai  Kota Berkelanjutan?

Masyarakat secara sukarela menduplikasi konsep Buruan SAE yang hingga akhir 2020 jumlahnya berkembang menjadi 194 lokasi.

Gin Gin Ginanjar menyampaikan dalam 3 tahun terakhir terdata ada sebanyaj 375 titik Buruan Sae di Kota Bandung. Berarti ada pertambahan nyaris dua kali lipat dibanding akhir 2020.

Buruan SAE melibatkan komunitas masyarakat yang terlibat mulai dalam skala RT, RW, Rumah Ibadah dan Sekolah.

Aktivis Food Security Bandung Theresia Gunawan termasuk kalangan mendukung program pertanian kota ini.

Theresia mengatakan Buruan SAE membantu ketahanan pangan lokal dan mengurangi risiko krisis pangan.

"Dengan menanam cabe, sosin, kangkung, bayam dan daun bawang, dapat mengurangi kebutuhan warga untuk berbelanja ke warung atau ke pasar," papar Theresia seperti dikutip dari Koridor 

Titik Buruan SAE yang memanfaatkan bantaran sungai.
Titik Buruan SAE yang memanfaatkan bantaran sungai.

Keberadaan pertanian kota membuat warga sekitar lokasi memiliki akses lebih baik terhadap makanan segar dan organik.

Ini dapat memberikan dampak positif pada kesehatan masyarakat dan membantu mengurangi risiko penyakit terkait pola makan tidak sehat.

Hal yang menarik dari Buruan SAE disangkutkan dengan program pemilihan sampah Pemerintah Kota Bandung yang disebut Kang Pisman.

Jadi sampah organik dari rumah tangga dan komunitas diolah menjadi pupuk bagi tanaman sayuran atau buah.

Pertanyaannya bila dikaitkan dengan penelitian dari  Universitas Illinois Urbana Champaign apakah Bandung  mampu mandiri secara pangan, taruhlah jika jumlah titik Buruan SAE bertambah? Mengingat populasi Bandung cukup besar?

Theresia menjelaskan dalam sebuah penelitian, BFSC (Bandung Food Security Community), mengukur keberhasilan sebuah komunitas urban farming.

Dengan lahan sekitar 500 meter persegi, dalam kurun waktu 3 bulan warga dapat menghasilkan panen sebanyak 44, 4 kg sayur.

Selain itu mereka dan berhasil mengolah sampah organik sekitar 597 kg sampah organik dari rumah tangga/per bulan.

Jika warga Bandung dapat memaksimalkan pemanfaatan lahan-lahan di sekitar tempat tinggalnya, tentunya dapat kita meningkatkan skala kemandirian dan menjadi lumbung pangan.

Pemerintah Kota Bandung sendiri berencana memperluas Program Buruan SAE. Pada awal Desember 2023 Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna mendorong agar kawasan seperti Sein Farm  di Cibiru yang dikelola oleh Pemkot Bandung bisa dimanfaatkan menjadi lahan Buruan Sae yang lebih luas.

Ia mengungkapkan, program Buruan SAE mendapatkan dukungan tambahan anggaran dari APBD murni 2024 sebesar Rp2 miliar. Hal itu untuk menopang Buruan SAE lebih masif.

"Warga sudah mulai berkegiatan secara mandiri. Mulai dari menanam tomat, cengek bahkan di Bandung Kidul itu budi daya anggur," ujar Ema seperti dikutip dari Situs Pemprov Jabar.

Namun hingga kini mimpi Bandung untuk mandiri pangan masih utopia, pasalnya sampai seberapa banyak titik pertanian kota? Taruhlah semua potensi yang memungkinkan di maksimalkan termasuk di atap rumah bangunan beton, bantaran sungai.

Selain itu masalah banjir yang kerap melanda Bandung  bakal juga berdampak bagi perluasan dan maksimalisasi pertanian kota.

Yang paling realisTis memang seperti dinyatakan Universitas Illinois Urbana Champaign tentang konektivitas perdesaan-perkotaan.  Dalam hal ini mungkin Bandung menggandeng wilayah yang tak jauh dari Kota Bandung untuk kebutuhan pangan.

Untuk jangka panjang jika ekonomi sirkular bisa berjalan, misalnya semakin banyak warga yang berpartisipasi melakukan pilah sampah organik dan memanfaatkannya untuk pertanian kota. Ini dibutuhkan kampanye yang masif.

Hal ini juga harus didukung pembenahan saluran air, menambah kolam penampungan air, memperluas daerah tangkapan air dan pemeliharaan air tanah. 

Kalau infrastruktur sudah mendukung maka pertanian kota di Bandung akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pasar, serta diservikasi pangan seperti yang diungkapkan peneliti dari Universitas Illionis. 

Bagaimana pun juga pertanian kota juga harus didukung infrastruktur yang baik. Secara saya pribadi walaupun berat-masalah sampah saja nggak beres-Bandung bisa kok jadi kota berkelanjutan.  Sebab hingga saat ini sepengetahuan saya hanya Bandung yang punya program pertanian dan lingkungan yang terkait, SDM yang juga cukup dengan banyak universitas  di kota itu bisa jadi modal. 

Irvan Sjafari

Foto-foto Dokumentasi Buruan SAE

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun