Laporan Chinese Academiy of Scienves (CAS) melaporkan antara 2001 hingga 2022 kebakaran hutan global menghasilkan 33,9 miliar ton karbon dioksida (CO2).
Hal ini membuat emisi CO2 yang dihasilkan oleh kebakaran hutan setiap tahunnya lebih tinggi dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil di Jepang.
Negeri matahari terbit ini adalah negara penghasil emisi CO2 terbesar keenam di dunia.
Salah seorang peneliti Xu Wenru dan ahli ekologi Lanskap di CAS Institute of Applied Ecology, yang berbasis di Shenyang, Tiongkok, mengatakan bahwa istilah 'kebakaran hutan ekstrem' umumnya mengacu pada kebakaran yang lebih laus, durasinya panjang dan dampaknya besar.
Lanjut Wenru, meningkatnya jumlah kebakaran hutan sebagian disebabkan  seringnya gelombang panas dan kekeringan akibat perubahan iklim,.
"Pada gilirannya, CO2 yang dihasilkan oleh kebakaran hutan berkontribusi terhadap pemanasan global, menciptakan umpan balik antara keduanya," ujar Wenru seperti dikutip dari Nature.Â
Hanya saja Wenru mengungkapkan manusia juga ikut memberikan konribusi.
Banyak kebakaran hutan sebenarnya disebabkan oleh manusia ketika mereka, misalnya, menyalakan api untuk menghangatkan diri di malam hari, menyalakan kembang api, atau membuang puntung rokok.
Wilayah Lain
Pakar meteorologi di Institut Fisika Atmosfer CAS Zhou Tianjun di Beijing, menganggap laporan tersebut mengejutkan.
Dia merujuk pada angka yang menunjukkan bahwa rata-rata luas hutan yang terbakar antara tahun 2001 dan 2022 adalah 11 kali lipat luas hutan yang ditanami manusia pada periode tersebut.