Kegagalan dunia menghentikan pemakaian energi fosil sudah dimulai dari penyelenggaraan COP28 Dubai saja sudah menuai kontroversi.
Yang menjadi tuan rumah adalah Uni Emirat Arab (UAE), salah satu dari 10 besar produsen minyak dunia.
Sementara Sultan al-Jaber presiden COP28 adalah kepala eksekutif perusahaan minyak negara tersebut.
Perusahaan minyak milik Sang Sultan diproyeksikan justru  akan memperluas produksinya dengan cepat pada dekade ini.
Sebagai catatan, Dubai adalah salah satu kota termahal di dunia.
Biaya untuk penginapan, makanan, dan pengeluaran lainnya akan menjadi sangat mahal bagi kebanyakan orang, terutama kelompok yang kurang beruntung dan terpinggirkan yang paling terkena dampak krisis iklim.
Tentunya penyebab kegagalan COP28 ialah perusahaan bahan bakar fosil.
Mereka sebetulnya  telah mengetahui kontribusinya terhadap perubahan iklim sejak  1970an, namun mereka terus melakukan pengeboran dan memperluas operasinya.
Antara saat ini dan tahun 2030, produksi di 20 negara penghasil bahan bakar fosil terbesar akan mencapai dua kali lipat
Lost and Demage Fund
Kegagalan lain dari COP28  ialah tema pertama  yang sudah disetujui di awal konferensi, yaitu kesepakatan loss and damage fund atau dana kehilangan dan kerusakan akibat krisis iklim.