Brazil sukses menjadikan kedelai sebagai komoditas pertanian yang menggiurkan. Pada 2020/2021 produksi mencapai 5.122 juta gantang dengan luas lahan 98 Juta Acre. Walaupun  sempat turun pada 2021/2023 sebesar 4.613 juta gantang dengan luas lahan 103 juta acre, namun pada tahun berikutnya melesat menjadi 5.681 juta hektar dengan luas lahan 109 juta acre.  Satu gantang sama dengan 3,125 kilogram.
Panen kedelai tahun 2023/2024 diproyeksikan mencapai rekor 5.953 juta gantang, meningkat 4,8% dibandingkan panen sebelumnya. Luas lahan kedelai Brazil diperkirakan akan tumbuh 2,5% menjadi 112 juta hektar.
Keberhasilan meningkatkan produksi kedelai karena ekspansi terbesar dalam persentase akan terjadi di wilayah Utara dan Timur Laut Brasil. Otoritas pertanian melakukan konversi padang rumput menjadi lahan pertanian, sementara sebagian ekspansi terjadi karena mengorbankan tanaman lainnya.
Sekalipun harga kedelai di Brasil berada pada titik terendah sejak sebelum pandemi, namun para petani terus memperluas areal tanam mereka. Peralihan petani menanam kedelai dibandingkan jagung pada musim pertama.
Pasalnya, harga jagung bahkan berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan kedelai. Selain itu, ini adalah musim pertama dalam beberapa tahun dimana biaya produksi kedelai di Brazil diperkirakan akan menurun. Faktor pendorongnya adalah penurunan harga pupuk.
Berdasarkan catatan USDA, Brazil menduduki posisi pertama sebagai produsen kedelai terbesar di dunia dengan jumlah produksi mencapai 127 juta mertik ton. Â Sementara Amerika Serikat (AS) berada di tempat kedua dengan produksi 121,5 juta mertik ton.Â
Penggunaan Pestisida
Hanya saja pertumbuhan produksi kedelai mendatangkan dampak negatif. Â Sebuah studi di jurnal AS. National Academy of Sciences, menemukan pertanian kedelai telah dikaitkan dengan peningkatan kematian akibat kanker leukemia pada anak-anak di Brasil.
Pasalnya, negeri ini juga menjadi salah satu pengguna pestisida terbesar untuk melindungi tanaman dari penyakit dan hama, menurut sebuah penelitian di negara Amerika Selatan tersebut. Â Para peneliti menemukan hubungan antara produksi kedelai dan paparan masyarakat terhadap bahan kimia pertanian termasuk glifosat, obat pembasmi rumput liar yang banyak digunakan dan dapat ditoleransi oleh beberapa benih kedelai hasil rekayasa genetika.
"Kami menemukan peningkatan yang signifikan secara statistik pada leukemia anak-anak menyusul perluasan produksi kedelai lokal," kata artikel  dari The Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), berdasarkan data kejadian kanker anak-anak di Brasil dan data kematian akibat penyakit tersebut selama 15 tahun. Â