Terbakarnya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, di Kelurahan Cikiwul, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, Â sejak Minggu (29/10) sekira pukul 14.15 WIB mengisyaratkan bahwa tidak ada tempat pembuangan sampah yang aman dari kebakaran pada musim kemarau ekstrem ini.
Petaka di Bantargerbang yang relative paling modern, menambah deretan TPST atau TPA yang terbakar sejak  TPA Sarimukti di Bandung hingga Tlekung di Kota Batu.Â
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam keterangan tertulisnya mengungkapkan api pertama kali muncul di zona 2 TPST Bantargebang, tepatnya di depan lokasi Power House dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Tidak ada korban jiwa namun kebakaran ini menyebabkan kepulan asap hitam tebal membumbung tinggi dan menyelimuti wilayah Bantargebang.
Koordinator Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi, Karsono mengatakan, untuk memadamkan kebakaran tersebut tim gabungan mengerahkan unit mobil pemadam kebakaran dan mobil tangki air.
"BPBD membantu mensuplai air pakai mobil tangki kami. Saat ini api sudah dapat dikendalikan namun demikian tim masih bersiaga," ujar Karsono.
BPBD juga membagikan masker kepada warga sekitar lokasi guna mengurangi dampak kabut asap yang meluas ke pemukiman, BPBD setempat juga membagikan masker kepada warga di sekitar lokasi.
Kepala Seksi Operasi Damkar Jakarta Timur Gatot Sulaiman kepada Metro TV, Minggu Malam,29 Oktober 2023, menyampaikan kebakaran ini dipicu oleh cuaca panas. Selain itu, gas metan yang berada di bawah tumpukan sampah juga membuat api semakin membesar.
Kebakaran di TPST Bantargerbang hanya selang sehari setelah terjadi kebakaran di  Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jalupang, di Kecamatan Kotabaru, Karawang, Jawa Barat, Sabtu 28 Oktober 2023.
Total luas lahan sampah yang terbakar tercatat mencapai 10 hektare. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Karawang Ferry mengatakan, sedikitnya empat desa yakni Wancimekar, Pangulah Utara, Pucung, dan Desa Pangulah Baru terdampak kabut asap akibat kebakaran.
"Di bawah permukaan api masih tetap menyala, sementara tim pemadam dan Satgas BPBD masih terus berupaya memadamkan api," ucap Ferry dalam keterangan tertulis disiarkan BNPB.
Menurut Ferry tidak hanya memadamkan api, BPBD setempat juga telah mengantisipasi dampak kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran dengan membagikan masker kepada petugas di lapangan dan warga sekitar lokasi yang terdampak.
Bukan Pertama Kali
Kebakaran di TPST Bantargerbang  bukan pertama kalinya terjadi. Pada Agustus 2023 sekitar 22 dari 30 lapak pemulung terbakar. Api dipicu  akibat  arus pendek listrik dari salah satu bangunan di area sekitar. Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut, tetapi beberapa sepeda motor juga ikut terbakar.
Pada September 2015 TPST Bantargerbang terbakar selama 12 hari.  Sumber api berasal dari rumput kering yang terbakar akibat kemarau panjang dan membakar gundukan sampah yang mengadung gas metana (CH4).  Total luas lahan yang terbakar sekitar 18 hektare yang berada di dua tempat yakni Zona Kepala Burung dan Zona III dengan kerugian sekitar Rp15 miliar.  Peristiwa kebakaran besar di TPST Bantargebang  juga pernah terjadi pada 1997 dan 2008.
Kejadian di TPST Bantar Gerbang  dan TPA Jalupang sekali lagi menjadi pelajaran sisten open dumping harus ditinggal dan selain itu pemilahan sampah juga sudah menjadi keniscayaan.  Pasalnya sampah makanan adalah penyumbang gas metana di tempat penimbunan sampah ditambah sampah plastik yang kering menjadi bahan bakar baik untuk api makin menyala.
Penelitian dari Arie Herlambang dan kawan-kawan dari BPPT pada 2010 sudah mengingatkan waktu itu saja terdapat  kurang lebih  450  TPA  di  kota  besar  dengan  sistem open dumping dan baru sebagian kecil yang dikembangkan  menjadi  controled  landfill. Potensi  sampah  yang  dapat  dihasilkan  dari 39045  kota  besar  di  Indonesia  mencapai  4  juta ton/tahun. Â
Potensi  gas  metana  yang  bisa dihasilkan  mencapai  11.390  ton  CH4 /  tahun atau setara dengan 239.199 ton CO2 / tahun, jumlah  ini  merupakan  64%  dari  total  emisi sampah  berasal  dari  10  kota  besar,  antara lain  :  Jakarta,  Surabaya,  Bandung,Medan, Semarang,  Palembang,  Makasar,  Bekasi, Depok, dan Tanggerang.
Itu data dari 2010, jumlahnya sekarang bisa lebih besar. Sehingga kalau sistem pengelolaan sampah tidak dibenahi serius maka peristiwa kebakaran di TPA/TPST akan terus berulang dan panas ekstrem akan menambahnya menjadi bom waktu.
Irvan Sjafari
.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H