Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Saranjana Kota Ghaib, Horor Fiksi Ilmiah Lokal dari Kalsel

26 Oktober 2023   22:52 Diperbarui: 26 Oktober 2023   23:01 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ameera.republika.co.id/

Ketiga anak muda itu terperangah, menatap panorama di depan mata mereka, begitu mereka keluar dari terowongan atau portal. Sebuah kota dengan pencakar langit dengan desain futuristik terhampar luas dikelilingi air yang tidak pernah mereka lihat di muka Bumi. Inilah Saranjana, kota ghaib yang ada di Pulau Laut, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Demikian salah satu adegan klimaks dari film Saranjana: Kota Ghaib arahan sutradara Johansyah Jumberan dan Rhido Invander Rhama, dari Bumi Kalimantan Selatan.  Fantasi tentang kota orang bunian ini luar biasa, para penghuninya menggunakan teknologi canggih, termasuk mengendarai mobil hingga  alat komunikasi virtual tiga dimensi.  Sementara mereka mempertahankan sistem kerajaan kearifan lokal, termasuk memakai pakaian tradisional.

Saranjana mengingatkan pada Jepang yang mempertahankan etos budaya, pengormatan terhadap kekaisaran, sekalipun teknologinya maju. Hal ini masih menjadi cita-cita bangsa Indonesia, tidak harus ikut-ikutan seratus persen menjadi barat kalau ingin disebut modern, tetapi jati dirinya tetap Indonesia.

Intepretasi saya tentang Saranjana sebetulnya adalah utopia terhadap sebuah negeri adil dan makmur dengan sistem sosial guyub, menghormati alam, walaupun menggunakan teknologi canggih. 

Saranjana di film ini seperti sebuah sintesa terhadap sistem sosial saat ini, yang sedang carut marut, korupsi merajalela, hukum hanya tajam ke bawah hingga ketidakadilan sosial.   Simak salah satu dialog di antara masyaraka Saranjana dalam  film tersebut:  Orang luar dibiarkan masuk dan mulai membuat kekacauan.

Sekalipun film tentang orang bunian yang menghuni daerah ghaib bukan hal yang baru di Indonesia. Namun gambaran dunia bunian dalam kebanyakan film Indonesia adalah masyarakat di tengah hutan yang berbudaya era zaman  Hindu-Buddha, seperti dalam KKN Desa Penari.  Gambaran ini juga banyak bisa dilihat baik dalam film layar lebar maupun serial. 

Dari segi gagasan Johansyah dan Rhido menawarkan film horor unik, perpaduan fantasi, fiksi ilmiah, petualangan  dengan old school horor, seperti teror pocong, bocah setan yang memakan perut manusia, suara musik gamelan dan tarian di tengah hutan dengan pelaku kesenian yang dingin dengan wajah menakutkan.

Penggunaan  bahasa lokal menjadikan film yang diangkat dari cerita rakyat ini menjadi hidup karena logat benar-benar asli daerah setempat, tidak terkesan orang Jakarta berdialek bahasa sana.   

Sinopsis

Cerita berawal dari tur sebuah grup musik dari Jakarta ke sebuah kota di kawasan Kalimantan Selatan.  Mereka adalah Shita (Adinda Azani), Rendy (Lhutfy Aulia), Vey (Ajeng Fauziah), Dion (Irzan Faiq) dan manejer mereka Fitriah (Betari Ayu). 

Setelah pertunjukkan, terjadi pertengkaran antara Shita dan Rendy soal visi musik mereka. Hal yang biasa sebetulnya dalam sebuah band. Yang tidak biasa ialah menghilang vokalis mereka Shita dibawa oleh sebuah perahu dini hari lalu menghilang begitu saja.

Kawan-kawan Shita kemudian mendapatkan petunjuk dari sejumlah warga lokal bahwa Shita adalah orang yang terpilih menjadi penghuni Saranjana.  Untuk masuk ke prtal dati kota ghaib itu mereka harus menggunakan sebuah Mandau khusus yang untuk mendapatkannya perlu pertaruhan nyawa dan untuk mencapai portalnya pun melalui hadangan mahluk-mahluk ghaib yang berpotensi mencelakakan mereka.

Kalau pun mereka dapat menembus portal tersebut, apakah mereka dengan berhasil membawa Shita kembali ke dunia manusia?  Yang paling penting lagi apakah mereka semua selamat dari misi ini atau justru menjadi korban? Saranjana: Kota Ghaib menawarkan ketegangan terutama di paruh kedua film ini yang membuat penonton seperti saya gelisah.

https://ameera.republika.co.id/
https://ameera.republika.co.id/

Lubang Cerita

Satu-satunya lubang cerita dalam film ini ialah tidak terlibatnya (diperlihatkan) pejabat daerah, polisi atau pihak berwenang lain kecuali panitia event musik dalam pencarian. Paling tidak mereka menerima laporan.

Padahal ini kasus serius: artis Jakarta terkenal hilang dan peristiwanya akan menjadi preseden buruk bagi pariwisata daerah tersebut. Selain itu setahu saya manajemen sebuah band kondang tidak hanya satu orang.

Kemudian mengapa melakukan pencarian yang begitu penting dan berbahaya di daerah asing itu tidak menggunakan jasa orang lokal (selain tukang perahu) sebagai pemandu? Apakah begitu naifnya anak-anak Jakarta ini hanya didorong persahabatan melakukan petualangan masuk hutan tanpa pengalaman?  

Namun sebagai debutan sineas film ini menawarkan sajian horor unik bernuansa lokal patut diapresiasi. Sebagai penikmat film Indonesia rasanya ini tontonan wajib.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun