Jika  limbah  elekronik  dimasukan dalam truk 40 ton, maka barisan truk akan membentang sekitar 3.500 mil (5.630 kilometer). Limbah elektronik tak kasat mata adalah mainan.
Wajar setiap orangtua yang mampu menyenangkan anak-anak mereka dengan membelikan mereka mainan, termasuk mainan elektronik.  Sayangnya, tidak semua anak yang mampu merawat mainannya hingga cepat rusak bahkan bosan dan minta dibelikan mainan baru.  Akibatnya kalau tidak menjadi tumpukan di gudang, mainan elektronik ini  dibuang begitu saja ke tempat sampah.
Forum Limbah Peralatan Listrik dan Elektronik  atau Waste Electrical and Electronic Equipment (WEEE) mengingatkan dalam riset teranyarnya  bahwa setiap tahun sebanyak sembilan miliar kilogram sampah elektronik dibuang setiap tahun dengan nilai mendekati USD10 miliar.  Â
Riset ini digelar dalam rangka memperingati  Hari Limbah Elektronik Internasional yang jatuh pada 14 Oktober. Menurut riset lembaga ini berkolaborasi dengan Institut Pelatihan dan Penelitian Perserikatan Bangsa-Bangsa sekitar sepertiga dari limbah ini berasal dari mainan anak-anak yang mengandung barang elektronik tersembunyi, sekitar 3,2 miliar kilogram.
Mainan menyumbang 77 kali lebih banyak terhadap limbah elektronik yang tidak terlihat di dunia dibandingkan vape, yang jumlahnya mencapai 42 juta kilogram per tahun. PBB memperkirakan 844 juta vape dibuang setiap tahunnya.
Di seluruh dunia, sekitar 7,3 miliar mainan elektronik dibuang setiap tahunnya. Ini termasuk barang-barang seperti perlengkapan balap mobil, kereta listrik, mainan musik, dan drone.
Termasuk dalam kategori ini mainan yang dilengkapi komponen elektronik, seperti boneka yang dapat berbicara atau permainan dengan pengatur waktu elektronik.
Sampah  Yang Cepat Berkembang
Penulis Wasteland Oliver Franklin-Walls mengungkapkan  sampah elektronik adalah aliran limbah yang paling cepat berkembang.Â
"Sejauh ini, ini juga merupakan aliran limbah kami yang paling berharga, jika menyangkut limbah rumah tangga," ujar Franklin-Walls kepada News for Kids.Â
Sayangnya tidak banyak  orang yang menyadari bahwa banyak barang yang mereka buang mengandung limbah elektronik.  Magdalena Charytanowicz  dari WEEE mengatakan limbah ini bisa didaur ulang.
"Kami mencoba membuat masyarakat memahami bahwa barang-barang yang mungkin tidak mereka curigai adalah barang elektronik sebenarnya mengandung banyak bahan berharga, seperti tembaga," ujar Charytanowicz  kepada New ScientistÂ
Padahal di dalam limbah lektronik itu  terdapat bahan kimia di dalamnya dapat membahayakan lingkungan, seperti timbal atau merkuri. Jika bahan-bahan tersebut masuk ke dalam tanah atau air, pencemarannya dapat menimbulkan masalah yang serius.
Mengandung Logam Langka
Kebanyakan barang elektronik memerlukan logam langka. Logam-logam ini, seperti emas, tembaga, litium, dan kobalt, harus ditambang dari bumi. Seringkali proses penambangan menimbulkan polusi yang serius.
Seiring dengan munculnya perangkat-perangkat yang lebih baru dan canggih, banyak sekali barang-barang elektronik yang dibuang, bukannya didaur ulang. Â Padahal menurut WEEE logam langka dan bahan lain yang dibuang sebagai limbah elektronik setiap tahun bernilai sekitar USD57 miliar.
Meski "tidak terlihat", jumlahnya tentu bukan jumlah yang kecil. Limbah elektronik yang tidak terlihat memiliki berat sekitar 19,8 miliar pon (9 miliar kilogram). WEEE menyampaikan bahwa jika limbah elektronik ini ditumpuk ke dalam truk seberat 40 ton dan truk-truk tersebut kemudian dijajarkan, barisan truk akan membentang sekitar 3.500 mil (5.630 kilometer).
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H