Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dunia Semakin Kering, Pasokan Air Global Terancam

19 Oktober 2023   18:44 Diperbarui: 19 Oktober 2023   18:50 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami merancang  laporan WMO untuk memberikan pengetahuan kepada para politisi dan industri untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berisiko mengalami darurat air atau sudah berada dalam krisis," ujar  Reinecke.

Data yang ditampilkan dalam laporan tahun 2022 tersebut antara lain informasi laju debit sungai, tinggi muka air tanah, kelembaban tanah, dan penguapan. Namun, dia mengakui pembuatan basis data itu sendiri bermasalah karena statistik global yang tersedia saat ini tidak mencukupi. Oleh karena itu, katanya pihaknya melakukan pemodelan simulasi.

Dia mencontohkan, adanya kekurangan data mengenai situasi air tanah. Jerman tidak dapat memberikan angka lengkap mengenai keadaan terkait. Namun, tidak ada keraguan bahwa kondisi kering pada 2022 juga berdampak besar di Jerman. Seperti halnya Sungai Po di Italia, permukaan air di Sungai Rhine turun drastis dalam jangka waktu yang lebih lama, yang berdampak pada lalu lintas sungai.

Sementara Prancis menderita karena kurangnya curah hujan, yang mengakibatkan kesulitan dalam menyediakan pendinginan yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir. Amerika Selatan mengalami kondisi kekeringan yang parah, meskipun curah hujan meningkat, permukaan air tanah di Cekungan Murray-Darling yang penting di Australia terus turun di bawah normal.

Amerika Serikat menghadapi kesulitan transportasi di Mississippi yang menipis.  Di belahan selatan benua itu,  pembangkit listrik tenaga air di lembah sungai La Plata di Amerika Selatan -- yang mencakup sebagian Bolivia, Uruguay, Brasil, Paraguay, dan Argentina -- terhambat oleh rendahnya aliran sungai.

Terlalu banyak air memicu bencana

Kekeringan di berbagai wilayah di dunia bukan satu-satunya dampak terganggunya siklus hidrologi. Laporan tersebut juga mencatat daerah-daerah yang terendam air.  Tingkat di atas rata-rata di Cekungan Niger dan wilayah pesisir Afrika Selatan, misalnya, dikaitkan dengan peristiwa banjir besar pada 2022.

Menurut  Situs DW lagi, laporan  WMO menyebut lebih dari 1.700 orang kehilangan nyawa dalam banjir besar di Lembah Sungai Indus Pakistan musim panas lalu. Peristiwa tersebut, yang menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari USD30 miliar,.  Pemicu bencana tersebut adalah gelombang panas yang mencairkan gletser, diikuti oleh hujan lebat yang menyebabkan permukaan sungai meluap hingga mencapai tingkat yang sangat berbahaya.

Konsekuensi lebih mengerikan lagi menanti: pencairan gletser global mempengaruhi persediaan air yang membeku di salju dan es.

Laporan tersebut menemukan adanya penurunan tutupan salju yang signifikan di wilayah pegunungan tinggi di Asia yang dikenal sebagai "kutub ketiga", sehingga memperpendek periode pencairan salju dan membengkaknya danau-danau yang berasal dari pencairan gletser.

Hal ini pada gilirannya mempengaruhi ketinggian air di lembah Sungai Indus, Amu Darya, Yangtze dan Sungai Kuning -- di seluruh Asia Tengah, Asia Selatan dan Tiongkok, sehingga mempengaruhi pasokan air bagi hampir 2 miliar orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun