Untuk mewujudkan kota Bandung sebagai kota pangan yang berkelanjutan, Buruan SAE perlu dikembangkan secara luas di seluruh wilayah di kota Bandung.Â
Situs Edengreen  mendefenisikan kota berkelanjutan, adalah lingkungan perkotaan yang menekankan praktik ramah lingkungan dan meminimalkan dampak lingkungan.
Beberapa kota paling ramah lingkungan di dunia antara lain Canberra, Madrid, Brisbane, Dubai, dan Kopenhagen. Â Kota-kota tersebut cenderung memiliki beberapa kesamaan, seperti transportasi umum yang aman, Â mudah diakses, akses mudah ke ruang hijau dan sumber daya publik lainnya.
Selain itu kota-kota tersebut mempunyai praktik baik seputar konservasi air dan pengelolaan limbah, pertanian perkotaan yang berkembang, hingga arsitektur hijau diterapkan di seluruh kota.
Pertanian perkotaan atau urban farming menawarkan banyak manfaat bagi kota dan masyarakat yang ingin menjadi lebih berkelanjutan. Ketika Anda menanam makanan segar dan sehat secara lokal, Anda dapat menawarkan kesehatan yang lebih baik kepada penduduk Anda tanpa biaya.
Selain itu kota meminimalisir emisi karbon yang dihasilkan dari pengangkutan produk ke seluruh negeri atau ke seluruh dunia.  Dengan semakin meluasnya pertanian perkotaan, hal ini berarti berakhirnya masalah gurun pangan perkotaan, dengan tersedianya pangan lokal segar di setiap komunitas, tidak peduli seberapa padat penduduknya.  Urban farming menawarkan keamanan pangan.
Halaman Belakang Rumah
Sebuah contoh di Canberra adalah rumah salah satu pendiri Patchwork Urban Farm, Karina Vennonen di pinggiran ibu kota Australia itu. Â Pada halaman belakang rumahnya terdapat 84 tanaman tomat, beberapa terong, beraneka macam tanaman kacang-kacangan dan banyak pula zukini.
Voa Indonesia  mengungkapkan Patchwork Urban Farm adalah satu kelompok terdiri dari lima warga membentuk proyek pertanian urban gabungan di halaman belakang rumah masing-masing.  Kelompok ini memasok 34 keluarga masing-masing satu boks sayuran per minggu, termasuk kelima keluarga.
Mereka menjual sayuran ke keluarga-keluarga itu dengan sistem pembayaran sesuai kemampuan, untuk memastikan harga sayuran ini terjangkau bagi semua pelanggan mereka. Â Vennonen dan kawan-kawannya memulai urban farming ini Juli lalu. Â
Terdapat juga Fiona Buining menjalankan bisnis sayuran mikro skala kecil di halaman belakang rumahnya di Ainslie, yang dikenal dengan nama Ainslie Urban Farm. Dia adalah seorang pendidik yang bersemangat dengan visi untuk program pelatihan petani perkotaan yang ambisius agar lebih banyak orang menanam pangan secara lokal. Â
Beberapa proyek inovatif Fiona mencakup pertanian yang menanam tanaman untuk membuat pewarna organik, pertanian yang mengintegrasikan pertanian bunga dan sayuran, dan pertanian 'petik sendiri'.
Mereka menyadari 90 persen sayuran hijau dan buah Canberra sekarang ini berasal dari kota Sydney. Mereka menginginkan ketergantungan pada Sidney berkurang. Â Hal yang sama disadari para pelopor Buruan SAE (Sehat, Alami, Ekonomis) di Kota Bandung. Â
Kurangi Ketergantungan Pangan dari Luar Bandung
Pemerintah Kota Bandung mengakui  sebanyak 96,7 persen kebutuhan pangan Kota Bandung dipenuhi dari luar daerah.  Dengan demikian melalui program, Buruan Sae minimal beberapa komoditas terpenuhi oleh masyarakat sendiri.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar mengungkapkan ketika memunculkan program ini  pada 2020 lalu, pihaknya hanya memberikan suntikan intervensi terhadap 60 titik pembuatan Buruan SAE.Â
Masyarakat secara sukarela menduplikasi konsep Buruan SAE yang hingga akhir 2020 jumlahnya berkembang menjadi 194 lokasi. Gin Gin Ginanjar menyampaikan  dalam 3 tahun terakhir terdata ada sebanyaj 375  titik Buruan Sae di Kota Bandung. Berarti ada pertambahan nyaris dua kali lipat dibanding akhir 2020.
Sejumlah titik Buruan SAE menunjukkan capaian luar biasa. Misalnya, Buruan Sae Ratu di di Kompleks Perumahan Margawangi Estate, Kelurahan Cijarua Kecamatan Buahbatu  mempunyai kegiatan utama di bidang pertanian, peternakan, perikanan, buah-buahan, pengolahan kompos dan olahan hasil kebun.
Komunitas urban farming beranggotakan 18 orang ini mempunyai kebun Ratu yang luasnya 150 meter persegi (m2) dan Kebun Perluasan seluas 500 m2. Selain itu terdapat Kebun Hidroponik sebanyak 2000 lubang tanam yaitu ada selada, pakcoy dan kangkung.
Unit lain dari komunitas yang berdiri sejak 2020 ini  adalah Organic Tower Garden sebanyak 70 buah (50 untuk bawang merah). Selain itu komunitas mengelola Kolam Ikan 6 m2 dan 150 m2, Budik Damber 5 ember dan Kandang Ayam 4 buah.
Pemberdayaan Masyarakat
Aktivis Food Security Bandung Theresia Gunawan mendukung sepenuhnya program Buruan SAE. Urban farming memungkinkan produksi makanan di dalam kota, mengurangi ketergantungan pada pasokan makanan dari luar daerah.
Theresia mengungkapkan Program Buruan SAE pada dasarnya adalah pemberdayaan masyarakat lokal dengan mengoptimalkan lahan yang belum termanfaatkan di wilayahnya untuk menghasilkan pangan sehat, alami dan ekonomis.
Pada umumnya, lahan yang dapat dimanfaatkan adalah lahan berukuran kecil sehingga hasilnya saat ini tidak terlalu banyak dan biasanya hanya dikonsumsi oleh warga disekitar lokasi saja. Oleh karena itu, agar dapat mendukung ketahanan dan keamanan pangan serta mewujudkan kota Bandung sebagai kota pangan yang berkelanjutan, Buruan SAE perlu dikembangkan secara luas di seluruh kota.Â
Selain itu, seiring dengan perkembangan teknologi, perlu dikembangkan pula teknologi tepat guna yang dapat membantu meningkatkan produktivitas dari Buruan SAE dalam mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan di kota Bandung.
"Untuk dapat meningkatkan kontribusi  dari komunitas Buruan SAE masih diperlukan  dukungan secara berkelanjutan dalam bidang pengetahuan pertanian kota, praktik pengelolaan lahan dan tanaman,pembibitan, serta  teknologi smart farming," ujar Theresia melalui Whatsapp,  4 Oktober 2023.
Staf pengajar Universitas Parahyangan mencontohkan, urban farming di Singapura dengan memanfaatkan teknologi tepat guna di lahan yang sangat terbatas seperti pemanfaatan rooftop di mall, rumah, restoran, apartemen dan lahan-lahan yang kosong sudah mampu memproduksi sayur hijau, rempah-rempah, bunga yang dapat dimakan, dan berbagai tanaman lainnya untuk memasok pangan segar kepada  lebih dari 70 restoran setiap minggunya.
Untuk lahan seluas 3.500 m2, urban farming di Singapora berhasil diproduksi 200 ton sayuran per masa panen. Singapura targetkan kontribusi dari urban farming dapat mencapai 30% dari kebutuhan pangan mereka.
Untuk mencapai target tersebut, Singapura juga telah mengembangkan sertifikasi pelatihan dan pendidikan dalam bidang  Teknologi Pertanian kota. Adapun prinsip urban farming yang diadopsi oleh Komunitas Urban Farming di Singapura adalah  menggunakan lahan yang belum termanfaatkan  dan dukungan teknologi otomatisasi.
Lanjut Theresia, cara ini  dapat mempekerjakan warga lanjut usia dan orang-orang berkebutuhan khusus; dan menanam pangan secara berkelanjutan, serta menghindari penggunaan pestisida. Urban Farming tentunya memberikan manfaat baik untuk suplai pangan sehat, mengurangi tingkat stres, meningkatkan kebahagiaan dan rasa kebersamaan, ekonomis dan ramah lingkungan .
 Dengan adanya urban farming, masyarakat perkotaan memiliki akses lebih baik terhadap makanan segar dan organik.  Kebun kota ini  dapat memberikan dampak positif pada kesehatan masyarakat dan membantu mengurangi risiko penyakit terkait pola makan tidak sehat (Bagian Ketiga/dari Tiga Tulisan).
Irvan Sjafari
Untuk Hari Jadi Bandung ke 213
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H