Kekeringan di Amazon juga berdampak pada perekonomian. Laporan menyebutkan ketinggian air di bawah rata-rata  di 59 kota di Negara Bagian Amazonas, sehingga menghambat aktivitas transportasi dan penangkapan ikan di sungai. Kekeringan parah yang mungkin berdampak pada sekitar 500.000 orang pada akhir tahun ini.
Pihak berwenang seperti dilansir dari AP News memperkirakan akan terjadi kekeringan yang lebih akut dalam beberapa minggu ke depan, yang dapat mengakibatkan kematian lumba-lumba lebih lanjut.
Lumba-lumba, yang dikenal sebagai boto di Amazon, sering dianggap sebagai indikator kesehatan sungai. Makhluk ini memakan piranha dan berwarna merah jambu atau abu-abu. Mereka memegang status semi-mitologis dalam budaya tradisional dan diklasifikasikan sebagai terancam punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam. Mereka adalah satu dari enam spesies lumba-lumba air tawar yang tersisa di dunia. Oleh karena itu, menurut situs  Bnn Network kematian massal mereka dapat menandakan potensi bencana ekologis. Â
Menurut Otoritas Pelabuhan Manaus, yang memantau ketinggian air, ketinggian air sungai berada pada 16,7 meter (55 kaki) pada hari Selasa, 27 September sekitar enam meter (20 kaki) di bawah ketinggian air pada hari yang sama tahun lalu. Ketinggian air terendah tercatat pada 24 Oktober 2010, ketika ketinggian air sungai turun menjadi 13,6 meter (sekitar 45 kaki).
Kekeringan diperkirakan akan berlangsung lebih lama dan lebih intens karena fenomena iklim El Nio yang menghambat pembentukan awan hujan, kata otoritas pertahanan sipil.
Perubahan iklim memperburuk kekeringan dengan menjadikannya lebih sering, lebih lama, dan lebih parah. Temperatur yang lebih hangat meningkatkan penguapan, yang mengurangi air permukaan dan mengeringkan tanah dan tumbuh-tumbuhan.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H