Perubahan iklim dan faktor cuaca memicu penurunan drastis populasi serangga di Eropa, bahkan di seluruh dunia sejak 1980-an. Dampak berantai bakal menanti jika terjadi "Kiamat Serangga".
Penelitian yang paling anyar diungkapkan Jorg Muller pakar ekologi hewan dari Universitas Wrzburg di Jerman. Dia  dan sejumlah rekannya  awalnya mengira pertanian dan urbanisasi  menjadi penyebab hilangnya habitat serangga .
"Namun penelitian menemukan bahwa biomassa serangga tidak banyak berubah antara lingkungan pertanian dan lingkungan alami. Penurunan terjadi dimana-mana," kata Muller seperti dikutip dari New Scientist.
 Hal ini menunjukkan cuaca mempengaruhi lanskap dalam skala lebih besar Peningkatan tak terduga dalam biomassa serangga di beberapa lokasi perangkap sejak  2016 -- serta banyaknya kupu-kupu di sekitar rumahnya tahun ini -- juga menunjukkan adanya faktor yang lebih berubah-ubah dibandingkan perubahan lanskap.
Dengan menggunakan data biomassa serangga dari studi 2017 serta dari penangkapan terbaru di Jerman bagian selatan hingga  2022, Muller dan rekan-rekannya menguji tujuh model statistik berbeda.  Hal ini menghubungkan perubahan biomassa serangga dengan serangkaian variabel berbeda, mulai dari perubahan habitat hingga perubahan iklim. cuaca.
Mereka menemukan bahwa model yang memperhitungkan cuaca dapat menjelaskan lebih banyak pola yang diamati pada biomassa serangga dibandingkan model yang tidak memperhitungkan cuaca. Mereka juga menemukan bahwa mereka dapat memprediksi perubahan biomassa serangga di lokasi lain di Jerman hanya dengan menggunakan variabel cuaca.
Kaitannya dengan cuaca ini menunjukkan adanya mekanisme yang menyebabkan perubahan iklim mempengaruhi populasi serangga. Musim dingin yang lebih hangat dan lebih kering, misalnya, nampaknya mempunyai pengaruh negatif terhadap biomassa, sedangkan musim semi yang lebih hangat dan lebih basah mempunyai pengaruh yang positif.
Eropa telah mengalami musim dingin dan musim semi yang lebih hangat seiring dengan perubahan iklim. Namun, Mller mengatakan hubungan ini terlalu rumit untuk menjelaskan secara tepat bagaimana perubahan iklim berperan.
"Ini jelas berisiko, dan semakin berisiko bagi serangga, terutama serangga langka atau terancam punah," imbuhnya.
Kekhawatiran terhadap serangga di Eropa sebagian besar berasal dari studi tahun 2017 yang dilakukan oleh de Kroon dan rekan-rekannya. Mereka  menemukan adanya penurunan mengejutkan sebesar 76 persen dalam biomassa serangga terbang di kawasan lindung di Jerman antara  1989 dan 2016.