Sebagai anak-anak umur 7 atau 8 tahun tentu  saya tidak paham adegan ranjang antara Roger Moore dan Jane Seymour.  Tetapi yang saya suka ialah adegan kejar-kejaran pakai motor boat melintasi sungai dan membuat mobil Sherif di sebuah kawasan perdesaan di Amerika Serikat jungkir balik.Â
Begitu juga ketika Bond membawa pesawat capung untuk lolos dari kejaran musuhnya, sayapnya patah menabrak gerbang hanggar. Sementara para bandit lintang-pukang. Â Keren bagi anak-anak.Â
Lainnya ialah, adegan ketika para gangster menjebak James Bond di penangkaran buaya. Mereka meninggalkan berapa potongan daging. Agar bisa lolos agen rahasia Inggris itu menggunakan cara seperti dalam dongeng "Si Kancil" menggunakan punggung beberapa ekor buaya untuk menyeberangi sungai.
Adegan terakhir yang berkesan ialah perkelahian di dalam kabin kereta api. Â Bond mengalahkan lawannya dengan tangan kosong.Â
Pada waktu itu almarhum Papa cerita pada Mama di rumah bahwa ini film James Bond pertama yang lawannya bukan lagi orang Rusia, tetapi negro. Â Saya tidak paham konteks politik masa itu. Yang jelas itu film seru menurut saya.
Sejak itu saya ketagihan kalau pergi ke Bandung besama keluarga, pasti ada acara menonton film. Pada 1970-an menonton film di Panti Karya, Elita Theater,Nusantara Theater, Dian Theater, Pop Theater lebih asyik daripada bioskop di Jakarta. Â Gedung tempat penonton adalah peninggalan masa Belanda atau setidaknya era 1950-an untuk Panti Karya.
Mungkin karena bioskopnya menggunakan bangunan peninggalan Belanda dan sebagian besar menonton di kawasan alun-alun. Â Sayang semua bioskop waktu saya masih kanak-kanak hingga remaja awal tinggal kenangan (Irvan sjafari).
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H