Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Blonde", Kisah Marilyn Monroe dalam Kukungan Budaya Patriaki

3 Oktober 2022   10:06 Diperbarui: 4 Oktober 2022   17:06 2090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam Blonde-Kredit Foto: Tribunnenews.

Kisah Marilyn dan presiden yang kemudian tercatat menjadi korban pembunuhan ini kerap disebut dalam teori konspirasi. Yang sampai saat ini lebih banyak jadi cerita fiksi.

Adegan pertemuan Marilyn dengan presiden itu merupakan adegan tak kalah miris. Di televisi ada adegan film fiksi ilmiah serangan alien berupa piring terbang menabrak gedung putih. 

Saya bisa menginteprestasikan sebagai metafora yang bagus. Selama masa jabatannya yang tidak sampai tuntas, AS menghadapi berbagai peristiwa, di antaranya Krisis Kuba.

Film ini juga mengungkapkan sosok Arthur Miller, suami terakhir Marilyn. Seorang penulis naskah sandiwara dan buku yang mau menerima Marilyn apa adanya. Mustahil dia tidak tahu soal artis itu dengan foto-fotonya di majalah Playboy.

Dia tidak peduli dengan ejekan media itu perkawinan seorang intelektual dengan jam pasir. Saya sebagai orang yang kini bekerja sebagai jurnalis bertanya, lah, apa itu penting bagi publik? 

Hidup-hidup dia, itu pilihan dia dan bukan pilihan selera publik (yang celakanya untuk para selebritas, pasangan ideal itu dikonstruksikan atas nama selera publik: baca pasar).

Arthur digambarkan terlihat sabar kalau berhadapan dengan Marilyn, termasuk meminta menemui teman-temannya. Sayang tidak dijelaskan mengapa mereka bercerai.

Film diakhiri dengan kematian Marilyn yang tragis pada Agustus 1962 seperti dalam catatan sejarah. Cara menggambarkan kematiannya sangat artistik dan membuat saya menitikan air mata. Norma Jeanne yang malang mati muda dalam usia 36 tahun di tengah popularitas tinggi.

Dengan secara keseluruhan, Blonde bagi saya adalah film yang humanis. Jujur dan sebetulnya bisa diintepretasikan kritik sosial terhadap situasi masa itu.

Marilyn hanya perempuan yang butuh (benar-benar) dicintai dan ingin hidup normal. Atau seperti percakapannya dengan para ibu di sebuah adegan: Aku bukan bintang, tetapi perempuan berambut pirang. 

Dia memang kerap ditampilkan dalam film-filmnya dengan kesan 'Si Pirang yang Bodoh'. Konstruksi yang diinginkan pasar kapitalis patriaki. (Irvan Sjafari) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun