Malam hari 15 September 1954, aktris Marilyn Monroe (Ana de Armas) berjalan bersama lawan mainnya Tom Ewell keluar dari bioskop di Lexington Avenue, Manhattan.Â
Mereka menikmati sejuknya angin malam melewati jeruji kereta bawah tanah. Namun ketika kereta api lewat, rok Marilyn Monroe terangkat dan aktris itu tertawa berusaha menahan roknya.
Itu adegan dalam syuting film Seven Year Itch menjadi ikonik aktris legendaris menjadi simbol seks dan budaya pop Amerika pada eranya, dan merupakan adegan yang penting dalam film Blonde karya sutradara Andrew Dominik.
Dalam adegan itu para kru film dan para awak media, termasuk fotografer yang semuanya pria tertawa puas dan bertepuk tangan. Ada yang menyaksikan sambil merokok menikmati tubuh molek Marilyn. Adegan ini bagi saya adalah kemenangan budaya patriaki. Entah apa yang ada di benak para pria itu. Mudah-mudahan hanya karena tugas profesional.
Penampilan Marilyn Monroe bagi sebagian orang boleh saja dibilang artistik tetapi bagi saya kok sangat menonjolkan bentuk tubuh perempuan. Dalam Blonde diungkapkan suaminya Joe DiMaggiodan berang dan pasangan itu kemudian bercerai.
Dalam sebuah adegan Marilyn pucat ketika pulang menemui suaminya. Mantan atlet bisbol itu lepas kontrol hingga melakukan kekerasan fisik. Pada era itu kekerasan dalam rumah tangga belum menjadi isu yang penting.
Film yang kini ditayangkan oleh layanan streaming Netflix banyak dikritik netizen menampilkan adegan vulgar. Namun entah mengapa saya sebagai laki-laki normal sama sekali tidak menikmatinya, tetapi justru melihat adegan-adegan miris.Â
Gambaran seks dalam film justru membuktikan bahwa perempuan yang bernama asli Norma Jeane itu korban budaya patriaki.
Prolog film yang berdurasi sekitar 2,5 jam ini dibuka dengan kehidupan buram Norma Jeane kecil (Lily Fisher) di Los Angles, bersama ibunya yang single parent. Sang Ibu Gladys (Julliane Nicholson) kerap memperlihatkan foto ayahnya, yang tidak bertanggungjawab. Sejarah mencatat Norma lahir di Los Angles pada 1 Juni 1926.
"Mengapa ayah tidak menemui kita?" tanya Norma dengan polos. Dia kemudian mengetahui ayahnya tidak mau dia lahir. Bahkan Norma nyaris tewas dibenamkan ibunya yang mengalami gangguan jiwa di dalam baik mandi.Â