Entah  ada hubungannya atau tidak ketika lapangan sepak bola masih banyak di Jabodetabek, serta kota-kota lain ketika pembangunan properti marak, prestasi sepak bola Indonesia tidak buruk-buruk amat, bahkan di Asia masih bicara. Kalau pun ada lapangan futsal harus bayar, tidak seperti dulu mian bola gratis. Â
Untungnya lapangan bulutangkis masih banyak di antara gang-gang sempit dan bulutangkis masih punya prestasi di tingkat dunia.
Tentu butuh penelitian apa ada hubungannya minimnya  lapangan sepak bola dengan prestasi sepak bola.  Perlu juga diteliti apakah setiap sekolah di Jepang atau Korea Selatan menyediakan lapangan sepak bola?
Ruang Terbuka Hijau untuk Ruang Publik
Jalan untuk menciptakan ruang publik adalah menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH). Â Bandung mungkin masih banyak ruang publik murah berupa taman yang didesain dengan menarik terutama di era Wali Kota Ridwan Kamil. Â Bandung masih punya Alun-alun yang dipercantik dengan rumput sintetis. Â
Namun Bandung masih punya RTH  berupa hutan kota, seperti Babakan Siliwangi (lauas 3,8 hektar) plus Teras Cikapundung, Taman Hutan Raya Djuanda  dengan luas 526 hektar dan kalau mau ke luar kota ada Jayagiri.Â
Ruang Terbuka Hijau di Kota Kembang ini  mengalami tren penambahan dalam kurun 25 tahun terakhir. Dari 132,31 hekatare pada 2006 menjadi 2.048,97 hektare pada 2020. Namun, jika dibandingkan dengan luas total wilayah Kota Bandung, proporsi RTH baru ada di angka 12,25 persen. Jauh dari angka minimal yang diamanatkan undang-undang (1).
Sementara Jakarta luas memiliki RTH hanya 6.556 hektar  atau 9,97 persen dari luas kotanya. Bahkan, bila dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di seluruh dunia, Jakarta merupakan kota yang memiliki RTH paling kecil (2).  Jakarta memiliki juga hutan kota Srenseng dengan luas 15,3 hektar.
Surabaya mungkin menjadi kota yang paling tinggi jumlah RTH-nya yaitu 7.290,53 hektar atau sama dengan 21,79 persen dari luas wilayah Kota Surabaya. Yang menarik pemerintah kotanya mengklaim jumlah RTH membuat suhu kota turun sebesar 2 derajat (3).
Irvan Sjafari
Catatan Kaki