"Dari kapal terdampar, kadang juga orang sini menyelundupkan pakaian dari berbagai kota," jelas Widi.
Para tamu dijamu makan di aula bangunan itu, panganan khas Kepulauan QQ. Di antara sop QQ dengan kadar sepihan ikan.
"Ada kandungan QQ-nya?" tanya Raya.
"Aman, sekadar suwiran kecil dan kaldu hanya memberi tenaga baru. Â Setelah makan kita ke bawah melihat negeri siren," kata Widi.
"Iya, paling usia kita muda sehari atau dua hari," kata Sono.
"Lalu tawanan orang asing itu dikasih makan apa?" tanya Raya.
"Iya, QQ-lah biar tetap awet muda. Dalam jangka waktu berapa bulan ingatannya akan terhapus dan bule-bule tadi hanya tahu mereka pelayan seks para siren," sahut Widi.
"Mereka tidak menyadari itu kan sama dengan mati?" sela Ciciek.
"Jadi definisi mati semakin meluas. Kalau dulu kematian batang otak. Kalau sekarang ditambah kematian eksistensi sebagai manusia," ujar Sono.
"Mengerikan," kata Cynthia.
"Para tawanan seks itu tidak ubahnya jadi binatang, hanya tahu makan dan seksual," tutur Widi renyah. "Siren itu tahu mana yang pantas diperlakukan sebagai manusia dan mana yang dijadikan budaknya."