Cijulang dianggap strategis karena memiliki lembah unik yang dapat meneruskan lajur sampai ke Tasikmalaya atau sepanjang pantai selatan . Pembangunan ke Cijulang selesai  pada 1921 dan dapat digunakan 1 Juni 1921.
Pada jalur Banjar-Cijulang dibangun beberapa terowongan dan jembatan sebagai penghubung. Terowongan yang dibangun antara lain Terowongan Wilhelmina (1.116 m), Hendrik (105), Juliana (147 m), dan Philip (281 m). Sementara itu, dibangun beberapa jembatan di atas Sungai Cipamotan (310 m), Sungai Cipembokongan (299 m) dan Sungai Kabuyutan (176 m). Ketiga bahan material untuk pembangunan jembatan dilakukan melalui Pelabuhan Cilacap.
Terowongan yang terkenal di lintas ini ialah Terowongan Wilhemina yang mulai dibangun pada Februari 1913 dengan menembus Gunung Kendeng. Pembangunan terowongan merupakan solusi alternatif yang diambil insinyur dinas kereta api Staatsspoor (SS) bernama J.K. Lagerwey dalam upayanya menghubungkan jalur kereta api dari Kalipucang menuju Lembah Parigi.
Adapun teknis pembangunan terowongan di ketinggian 58 meter di atas permukaan laut itu dengan cara menggali tanah secara bersamaan pada setiap sisi barat dan timur mulut terowongan. Cara ini sama dengan yang dilakukan dalam pembangunan Terowongan Sasaksaat pada lintas Cikampek-Padalarang.
Penggalian lubang terowongan sejauh 1,1 kilometer itu menemui hambatan berupa batuan andesit yang berada di dalam gunung. Setelah berusaha memecah batuan dengan bor tangan, akhirnya terowongan dapat selesai seluruhnya pada 1916 dan mulai diresmikan penggunaannya sejak 1 Juni 1921. Untuk mengenang jasa ratu Belanda yang berkuasa ketika itu, nama Ratu Wilhelmina diabadikan sebagai nama terowongan.
Laporan perjalanan yang saya temukan dimuat di "Preanger Bode" 25 Agustus 1920 bertajuk "In De Zuid-Oost Preanger" dengan penulis berinisial Slot Volgt  menulis perjalanannya lewat Kapal Soekapoera yang berangkat dari Pelabuhan Cilacap pada pukul sepuluh lagi.
Slot, Sang Penulis berangkat dari Cilcacap sekitar pukul sepuluh pagi dengan menggunakan kapal Soekapoera. Kapal  itu digambarkan mempunyai bangku-bangku dengan terpal untuk meindungi penupang dari terik matahari.
Dia merupakan satu-satunya orang Eropa yang berangkat waktu itu. Slot menceritakan banyak kapal-kapal penangkap ikan di pantai. Berarti masa itu sudah banyak nelayan di Pantai Cilacap. Bau terasi tercium olehnya begitu tajam dibawa oleh angin yang cukup kencang. Laporan ini secara tak langsung mengungkapkan kehidupan kuliner sudah marak waktu itu.
Dari kesaksian Slot, sudah kilang minyak  di Cilaca dan dia melihat panorama bagian dari  Nusa Kambangan di mana  terdapat beberapa rumah, kebun pisang dan pekerja paksa dan penjaga. Dia melihat panorama pohon nipa (sejenis palem) dan bakau di tepi pantai yang digoyang oleh hembusan angin dan menimbulkan riak-riak di atas air.
Sekitar satu setengah jam perjalanan, Slot menyaksikan pemandangan sbeuah desa nelayan dengan rumah-rumah panggung yang tampak suram dan di sana ada jembatan untuk menghubungkan dengan perahu-perahu yang ditambatkan.