Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Bukankah Bulutangkis Seharusnya Jadi Olahraga Prioritas Utama?

22 Oktober 2021   21:36 Diperbarui: 22 Oktober 2021   21:52 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberhasilan Indonesia merebut Piala Thomas 2020 pada 17 Oktober 2021 lalu membuktikan bahwa hanya bulutangkis, satu-satunya cabang olahraga yang paling konsisten berprestasi di tingkat dunia dengan kurun lebih dari lima puluh tahun.

Indonesia pertama kali merebut Piala Thomas dengan mengalahkan Malaysia 6-3 pada babak challengge  pada 14 hingga 15 Juni 1958, setelah sebelumnya melibas Denmark 6-3 dan Thailand 8-1.  Kejuaraan itu digelar di Singapura.

Tim Indonesia  pada waktu itu diperkuat Tan Joe Hok (Bandung, Juara Nasional 1956), Tan King Gwan (Salatiga), Eddy Joesoef (Jakarta), Njoo Kiem Bie (Surabaya), Lie Poo Djian (Purwokerto), Olich Solichin (Tasikmalaya) dan Ferry Sonnevile yang sedang menuntut ilmu di Rotterdam.

Ferry waktu itu sudah berprestasi di tingkat internasional dengan menjuarai Malaysia Open 1955, Dutch Open 1956 dan French Open 1957.  Prestasi Ferry menandakan bahwa sejak 1950-an atlet bulutangkis Indonesia sudah berprestasi di tingkat dunia.

Tim Indonesia berangkat tanpa target muluk-muluk, tanpa kemeriahan, hanya diantar Ketua Olimpiade Indonesia Dr. Halim, biaya keberangkatan  dan biaya selama ada di Singapura dari penggalangan dana dan komunitas dispora Indonesia.

Selebrasi keberhasilan mereka dirayakan di Situ Ciburuy, suatu danau di kawasan Padalarang pada 24 Juni 1958 oleh ribuan orang yang berdatangan, terutama dari Bandung tempat asal Tan Joe Hok. Hadiah pun mengalir justru dari dunia usaha yang ada di kota Bandung misalnya sepasang sepatu dari toko Happy Store, seorang warga Ny. Oemar Basmalah memberikan sebuah lukisan hingga tart besar.

Selanjutnya sejarah mencatat Indonesia 14 kali menjuarai Piala Thomas  dan enam kali menjadi runner up.  Itu baru Piala Thomas. Sekalipun untuk juara sempat terhenti selama sembilan belas tahun setelah terakhir juara pada 2002, namun masih diselingi menjadi runner rup pada 2010 dan 2016.

Bagaimana dengan beregu putri di Piala Uber? Indonesia  mendapatkan tiga kali juara yaitu 1975, 1994 dan 1996 dan 7 runner up yaitu 1969, 1972, 1978, 1981, 1986, 998 dan 2008. Yang sorot di sini pencapaian prestasi juga melampaui waktu puluhan tahun.

Prestasi Indonesia di cabang bulutangkis juga tercatat di Asian Games 1962 Bulutangkis menjadi tambang emas Indonesia. Pada cabang ini emas Indonesia antara lain pada nomor tunggal putri ketika Minarni mengalahkan rekannya Corry Kawilarang 11-4, 11-7.

Baca Juga: Inspirasi Jawa Barat 1950-an (5) Tan Joe Hok Pahlawan Piala Thomas 1958 Mendapatkan Hadiah Khusus dari Warga Bandung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun