Mengenai dialog, menulis biografi juga mirip dengan menulis novel, karena pelakunya tidak ingat persis seperti apa ucapannya, hanya mendekati. Pendekatan seperti menulis fiksi dibutuhkan agar dialog menjadi hidup, yang terpenting fakta tentang setting sejarahnya akurat.
Secara keseluruhan webinar ini. Karena pada era 2000-an ini muncul sejumlah penulis fiksi  menarik dengan setting sejarah di luar yang disebutkan dalam webinar.
Akmal Naserry Basral, misalnya pernah menulis novel dwilogi tentang Buya Hamka, Syafrudin Prawiranegara, hingga "Anak Sejuta Bintang", tentang Masa kecil Aburizal Bakrie, di luar karyanya tentang dunia wartawan dalam trilogi "Imperia".
Saya pernah membacanya karyanya yang lebih mirip biografi itu dan tampaknya penulis alumni Sosiologi FISIP UI, kelahiran 28 April 1968 Â ini cukup melakukan riset.
Perlu ditunggu munculnya karya fiksi berlatar belakang sejarah, karena cakupan sejarah Indonesia itu saja  luas sekali. Setting tempatnya tidak hanya ibu kota tetapi juga lokal. Misalnya belum ada karya novel sejarah bagaimana Konferensi Asia Afrika di Bandung di mata remaja kota kembang itu?
Atau anak yang ikut orangtuanya yang terlibat Pemberontakan Darul Islam di Jawa Barat atau kehidupan orang desa di Priangan masa 1950-an itu? Bagaimana juga dengan orang desa di Aceh? Bagaimana juga orang kampung di Ranah Minang di era PRRI-Permesta? Itu baru terkait peristiwa besar yang garis besarnya banyak ditulis.
Bagaimana dengan perlawanan orang Nias pada abad ke 19 melawan Belanda? Bagaimana kehidupan orang Jepang awal abad ke 20 di kota-kota Indonesia? Banyak sekali ide yang bisa digali dan risetnya itu asyik. Sayang sekarang masa pandemi menghalangi riset ke perpustakaan maupun arsip.
Saya kira karya fiksi berlatar belakang sejarah maupun karya akademik dan populer tentang sejarah lebih obyektif kalau "jarak zaman"-nya  cukup jauh, setidaknya dia masih kecil masa itu, hingga emosinya tidak bermain.  Soal intepretasi dan subyektivitas saya kira soal lain, yang penting penulis tidak melakukan manipulasi fakta dan data.Â
 Dan sebaiknya tidak punya kepentingan dan hanya ingin berkarya.
Irvan SjafariÂ