Pada 1907, Raden Mat Tahir (ada yang menulis dengan Matthaer) salah satu tokoh perlawanan gugur dalam satu pertempuran melawan pasukan Belanda. Turut gugur dalam tahun itu keluarga raja, seperti Raden Hamzahm Pangeran Singo, Pangeran H. Umar di Ulu Tebo.
Sarekat Abang
Pada Agustus -Oktober 1916 pecah perlawanan lain terkait gerakan semacam mesianisme dan melibatkan Sarekat Islam. Ceritanya pada Mei 1914, Raden Goenawan mendirikan Sarekat Islam di Jambi. Hanya dalam periode tiga bulan, mampu memperoleh anggota sekira dua ribu anggota.
Pada perkembanganya terdapat dua Sarekat Islam, yang pertama yang kadernya lebih ertujuan memperbaiki ekonomi bumiputera dan cenderung kopromi. Kedua, yang radikal dan anti konial menamakan dirinya Sarekat Abang. Sarekat Abang dikarenakan peran "Ilmu Abang". Ilmu Abang adalah ilmu yang mengandung ajaran sufi dari berbagai aliran, seperti: Sammaniyah, Naqsabandiyah, dan ilmu kebal.
Kelompok inilah yang melakukan pemberontakan dipimpin oleh seorang bernama Glambit yang diangkat sebagai Raja Islam. Dalam pemberontakan itu, Belanda kembali kehilangan seorang controleur bernama Water, sembilan pegawai sipil berkebangsaan Indonesia (termasuk Demang Arbein), serta 63 polisi. Sementara di pihak Jambi sekira 360 orang gugur.
Nyaris enam puluh tahun rakyat Jambi melawan sejak Belanda menduduki ibu kota Jambi sejak 1858. Sekalipun perlawanan berikutnya dilakukan secara sporadis dalam jangka pendek, tetapi menguras energi, biaya dan menempatkan para pejabatnya dalam kehidupan yang menegangkan.
Irvan Sjafari
Sumber:
Abdullah, Taufik, "Reaksi Terhadap Perluasan Kuasa Kolonial: Jambi dalam Perbandingan" dalam Prisma, Nomor11, 1984
Adler, Jacob dan Kamins, Robert M, "The Fantastic Life of Walter Murray Gibsons: Hawaii's Minester Everything, University Hawaii Press, 1986