Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kok Raffi-Agnes, Kan Ada Wanda Hamidah?

14 Februari 2021   22:55 Diperbarui: 14 Februari 2021   23:28 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wanda Hamidah-Kompas.

Saya sebetulnya malas menulis politik dalam dua tahun terakhir ini, terutama maraknya para buzzer dari pihak manapun kecuali untuk lokal, seperti Depok, Bandung, Jawa Barat. Okelah, tapi wacana sebuah parpol menjadikan Raffi Ahmad dan Agnes Monica menjadi pasangan calon untuk pemilihan Gubernur DKI Jakarta harus dikritisi.

Sebetulnya juga pandangan kritis untuk parpol lain kalau mau memajukan kandidat dari kalangan selebritis, kriterianya bisa dipertanggungjawabkan, jangan hanya soal kalah menang.

Saya tidak anti artis atau selebritis untuk terjun ke politik sebagai waklil rakyat, kepala daerah atau pejabat pemerintahan, bahkan Presiden sekalipun. Faktanya di Amerika Serikat juga begitu, namun biasanya artis itu sudah masuk ke partai politik sebelum dicalonkan, tidak sekonyong-konyongnya.

Indonesia juga punya politisi dari artis yang bagus, yang masuk parpol dan integritas, seperti Shopan Shopiaan, tetapi ayahnya juga politisi PNI, Sukarnoisme dan merasakan perjuangan melawan penjajah Belanda. Shopan mengikuti jejak ayahnya dalam memilih aliran politik. Jelas dan pemberitaan media 1990-an menunjukan konsistensinya.

Era sekarang,  ada Rieke Dyah Pitaloka, adik-adik kelas di kampus FIB UI menceritakan bahwa dia sudah jadi aktivis, lalu dia masuk parpol dan pernah jadi anggota DPR. Pendidikannya pun bagus perguruan tinggi. Wajar dia jadi Cagub Jawa Barat walau kalah.  Begitu Nurul Arifin, tidak sekonyong-konyongnya terjun ke politik, berlaga di Pemilihan Wali Kota Bandung, kalah, biasa saja.

Mungkin politisi parpol itu   melihat Pasha Ungu bisa menang di Pemilihan Wali Kota Palu sebagai wakil, Deddy Mizwar, Wakil Gubernur Jabar, Dede Yusuf Wakil Gubernur Jabar, Rano Karno sebagai Wakil Gubernur Banten. 

Kecuali Pasha Ungu (yang menurut saya satu-satunya keajaiban mengusung artis), yang lain-lain itu sudah senior, sudah punya wawasan dan Dede Yusuf juga masuk parpol lebih dulu. Kan bisa dilihat kematangan mereka sebagai artis dan ketika menjabat.  Jangan lupa, ketika berlaga sebagai nomor satu, kesemuanya itu kalah. Entah kalau Pasha Ungu nanti jadi calon nomor satu.

Raffi Ahmad dan Agnes Monica entertainer sejati, sementara  Deddy Mizwar, Rano Karno bahkan Dede Yusuf  sudah termasuk budayawan dan kalau wartawan wawancara dengan mereka selalu berisi.  

Kalau Raffi itu orangnya rendah hati, populer ya memang, saya juga suka dengan Raffi sebagai entertainer, pemaaf kalau bermasalah dengan orang lain.  Agnes Monica saya tahu sejak kecil dia siapa, tetapi apa cukup untuk jadi pimpinan?  

Ingat selama ini artis yang menang (atau kebanyakan)  adalah orang nomor dua dan ada figur nomor satunya yang lebih kuat jadi jaminan.  Partai dan pengikutnya militan dari PKS dan PDI-P itu militan.

Untuk DKI Jakarta, baiklah perlu artis untuk mendongkrak suara dan untuk bisa menandingi Anies Baswedan.  Tetapi kan bisa dicari  artis lain yang matang.

Wanda Hamidah

Artis itu Wanda Hamidah, mantan model, pernah main di beberapa film dan sinetron dan cukup populer. Track record politiknya jelas, menjadi aktivis semenjak mahasiswa, mengalami Peristiwa 12 Mei 1998, gerakan reformasi, bersama mahasiswa ikut menduduki Gedung DPR/MPR.

Perempuan kelahiran 1977 ini juga masih muda, lahir di Jakarta, sekolah hingga perguruan tinggi di Jakarta. Tentu dia tahu problem Jakarta. Alumni Fakultas Hukum Trisakti ini sudah masuk Parpol PAN sejak muda, merangkak dari Barisan Muda PAN,  lalu setelah lama, baru menjadi anggota DPRD DKI Jakarta.

Sikap politiknya kukuh, keputusannya mendukung Jokowi karena sesuai dengan cita-cita PAN dulu  jelas dan berintegritas dan dia dikeluarkan dari  PAN, akhirnya masuk Nasdem dan ikut berlaga di Pemilu Legislatif 2019, walau tidak masuk ke Senayan.  

Visi politik dia  bisa dilacak  dengan mudah. Jadi ada pertanggungajawabannya kalau ada parpol memajukan dia. Tentunya dia juga sudah punya modal massa. Saya menyesalkan benar mengapa dulu PAN tidak memajukan Wanda sebagai Cagub atau Cawagub DKI Jakarta 2012 dulu. Mikirnya masih kalah menang bukannya memberikan pengalaman politik buat kadernya.

Wanda bisa jadi jawaban dari seorang kawan saya yang teriak di medsos (apa pun motifnya)  calon gubernur itu dari kalangan muda dan kalau mau dari artis.  Iya, ada artis lain yang bisa berlaga, seperti Vena Melinda punya pengalaman politik, tetapi saya bisa melihat Wanda yang paling pas untuk Pilgub DKI Jakarta, entah sebagai Calon Gubernur atau Wakil Gubernur.

Jangan hanya memajukan calon artis, karena pertimbangannya asal bukan tokoh yang tidak disukai, pertimbangan soal uang atau istilah sebuah parpol sebagai "gizi". Jangan-jangan niatnya untuk menyetir kalau si calon menang karena nggak punya kemampuan dan ujung-ujungnya proyek.  Jangan sampai punya kesan, Parpol tidak punya kader.

Altenatif Lain: Belajarlah dari Ridwan Kamil

Di luar artis, kalau mau rekrut dari luar paprol bisa merekrut calon dari kalangan perguruan tinggi, profesional.  Belajarlah dari Ridwan Kamil, Gerindra dan PKS berani mengajukannya sebagai Calon Wali Kota Bandung, tidak memperdulikan elektabilitas survei.  Mulanya rendah, lalu naik sedikit demi sedikit, ketika warga Bandung akhirnya "ngeh", wah ini calon yang ditunggu.  

Tapi  sadar atau tidak sadar, partai pengusung seharusnya tahu Kang Emil, panggilan Ridwan Kamil, kan lahir di Bandung, sekolah di Bandung, kuliah di Bandung, tentu tahu persoalan Bandung. Pendidikannya bagus sampai magister.

Track recordnya sebelum ada: mengagas Indonesia Berkebun, Bandung Creative dan kekuatan dia menurut saya di massa yang saya sebut sebagai "Neo Menak" atau orang terdidik yang jumlahnya cukup besar di Kota Bandung.  Terlepas tetap punya kekurangan ketika memimpin, Emil tidak sekonyong-konyongnya dimunculkan, tetap punya modal yang bukan uang.

Jadi ketika menjadi cagub Jawa Barat --walau saya sebetulnya lebih suka tetap jadi Wali Kota Bandung- arsitek lulusan ITB ini menjadi calon kuat dan faktanya menang, mampu mengalahkan yang artis Deddy Mizwar.   

Yang sebetulnya juga dari kalangan perguruan tinggi sebetulnya Anies Baswedan yang kini juga jadi Gubernur DKI Jakarta, terlepas dari siapa pengusungnya dan bagaimana kinerja kini bisa menjadi debat panjang. Tetapi Anies punya  pendidikan bagus hingga perguruan tinggi, Rektor Paramadina, sebelum jadi Menteri Pendidikan, mengagas "Indonesia Mengajar".

Jangan lupa hingga sekarang, baik Ridwal Kamil maupun Anies Baswedan tidak masuk parpol. Keduanya punya peluang untuk berlaga di Pilpres  2024. Walau 2024 masih terlalu jauh dan menurut saya percuma kalau main jegal-jegalan sekarang.  

PKS juga punya modal Imam Budi Hartono, yang kini Wakil Wali Kota Depok yang punya modal pendidikan bagus juga, lulusan Teknik Petro Kimia Universitas Indonesia.  Sekalipun secara pribadi saya tidak terlalu suka dengan PKS, tetapi caranya mengkader jelas, terukur dan partai ini tidak bergantung pada satu orang yang "didewakan".  Ketua Umumnya berganti-ganti dan bukan orangnya itu-itu saja.

Saya tidak mau masuk berdebatan pertarungan antar kelompok ini melawan kelompok itu. Saya hanya ingin ikut memberi pandangan saja sebagai warga biasa kalau ada calon kepala daerah dari artis pertimbangannya apa saja.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun