Berapa estimasi pendapatan mereka? Saya pernah tanya sebelum pandemi bisa Rp1 juta per hari. Namun waktu pandemi di bawah itu dapat Rp500 ribu bagus. Mereka bersyukur kok bisa bertahan hidup dan rata-rata yang saya tanya tidak pernah mendapat bantuan apa pun untuk UKM. Entah, karena apa. Tetapi mereka tidak mengeluh. Dan mereka tidak pernah minta disedekahi dan setahu ada yang saya suka ngasih gratis makan untuk pemulung. Mereka hanya ingin mencari nafkah.
Penjual Mie Bangka Gerobak yang sudah lebih dari 20 tahun berjualan di dekat Komplek saya mampu membiayai kuliah anak-anaknya. Dia meneruskan usaha almarhum suaminya, namanya Pak Karim. Bahkan karena sejarah, warga Cinere yang pindah ke Yogyakarta pun kalau kembali ke Cinere mampir di tempatnya, karena sejarah.
Ini cerita saya tentang kuliner. Â Â
Bagaimana dengan jasa? Â Saya pakai jasa laundry. Saya ogah, pakai yang branded. Toh, pakaian saya nggak mahal-mahal. Gunakan saja laundry di kampung dalam 30 hari paling sedikit enam kali. Â Estimasi biaya antara Rp21 ribu hingga Rp70 ribu per satu kali gunakan jasa laundry. Â Hasilnya juga memuaskan. Pakaian bersih dan rapi. Pemilik laundry rumahan itu mampu menghidupi keluarganya dengan dua anak bahkan keluarga besarnya.
Hanya saja untuk pakaian saya beli di Pojok Busana, karena memang adanya itu. Â Kalau berburu kaos, kemeja, celana yang khusus biasanya saya belanja di Bandung kelas distro/UMKM. Â Kalau tidak ada pandemi, berburu suvenir pun di UKM Bandung yang sudah saya data. Â Beli sepatu saya di teman yang reseller, entah produk dalam atau luar tidak peduli. Yang penting harganya miring dan bisa bantu dia.Â
Sekali setahun saya membeli di toko Bata, karena sulit mengakses produk UKM, pada Libur Lebaran. Kalau ada di Bandung, ya, saya cari yang punya pelaku UKM, kalau untuk sandal dan sepatu saja. Oh, ya, ransel atau celana untuk hiking saya berburu di Alpina atau sejenis yang UMKM.
Kalau keluar, ke kantor atau perpustakaan nasional, ya ogah makan di dalam Sarinah. Saya pilih nasi bebek lagi, tukang sate ayam kaki lima, warung Sunda juga, yang notabene pasti pelaku UMKM dengan harga Rp15 ribu sapai Rp25 ribu berikut minum. Â Dekat kantor, kawasan Mampang Prapatan ada UKM bertebaran fried chicken kaki lima. Â Â
Oh, ya favorit saya untuk kelas UMKM fried chicken adalah O Chicken, kebetulan ownernya, adik kelas di SMA, kalau ketemu gerainya lagi keliling, saya upayakan mampir. Kini dia sudah punya cabang di sejumlah provinsi di Indonesia. Â
Kalau sengaja berburu kuliner di Jakarta, ya seingat saya bisa dihitung dengan jari paling mahal Ayam Berkah Blok M, yang UKM juga, Ayam Bakar Slipi dan berapa kali yang punya sejarah langganan. Dua UMKM ini bahkan sudah generasi kedua. Ya, sekali-sekali juga Bakmi Gang  Kelinci yang asli Pasarbaru, Jakarta Pusat, entah generasi ke berapa. Itu langganan Ibu saya waktu remaja tahun 1950-an, waktu skeolah di SMP Santa Ursula.
Saya yakin, kalau konsisten dengan konsepnya UMKM dan mempertahankan sejarah UMKM seperti itu. Â Bukankah hitung-hitung, Bakmi Gang Kelinci juga UMKM?
UKM Bandung