Akhirnya Dedi Cumi percaya.  Robot Lutung Kasarung diperbanyak. Manuk Dadali dipersenjatai dengan perisai. Tadinya tidak. Selama ini Guru Minda adalah pesawat transport bukan tempur. Prajurit pun diperbanjak dilatih dari warga setempat dengan  senjata high voltase, sinar laser hingga pelontar api. Kami kini melatih tiga ratus prajurit Pasir Batang dan dua ratus dari warga Bandung dan sekitarnya.
Masalahnya walau sepak bola tetap berjalan, kami punya tim dengan Dadung Baladewa sebagai kaptennya, Â kami belum punya stadion. Â Ada bekas stadion Siliwangi yang terbengkalai dan belum jadi prioritas akhirnya dibenahi. Â Samuel memimpin pembenahan.
Awal September 2445, dia mengkontak aku dengan ponsel virtual yang sudah bisa berjalan di Bumi. Maung Bandung ditemukan. Bagus dan timnya meletakan di lapangan sepak bola.
"Harusnya kita bisa tebak," katanya. "Simbol Persib"
Maung Bunda bisa digerakan dengan mudah, karena sudah ditinggalkan Bagus dan timnya. Dengan ditemukan protipe Maung Bandung, maka Tim Ahli Titanium dengan mudah menciptakan protipenya.  Maung Bandung dengan cepat menjadi daya tarik. Tapi  Pemerintahan  Bandung masih melarang untuk ditunggangi.
Oktober 2445, kami mengetahui dan sudah menjalin kontak puluhan titik di Jawa. Â Tempat yang menurut sejarah disebut Jakarta, hampir tak berwujud. Ada bangunan bertingkat utuh, tetapi sebagian hancur. Banyak kolam besar dan infrastrukturnya hancur. Â Bagian utara malah tenggelam dalam air.
Populasinya hampir nol. Â Hanya ada beberapa ratus orang yang bertahan hidup. Â Mereka bergembira melihat utusan kami. Untuk sementara mereka diangkut semua ke Bandung yang relatif lebih baik.
                                        Â
Komunikasi hanya dinyalakan secara berkala agar tak terlacak. Populasi di Bandung dan Pasir Batang tak lebih dari duapuluh ribu jiwa dengan pangan yang berkecukupan. Â Sinyal dari Bandung menimbulkan harapan bagi mereka di titik-titik lain. Tetapi tidak terus-terusan berkomunikasi. Mereka belajar dari pengalaman Cannes yang mencoba membuka komunikasi, tetapi justru diserang oleh gerombolan liar.
"Mengerikan!" celetuk Rianto dalam jumpa pers yang hanya dihadiri tiga wartawan, dia , Windy, serta satu lagi Selena dari Barcelona News.Â