"Ini perbuatan Nyi Ronde," bisik Purbaleuwih.
Aku diajak makan di balai desa. Apa adanya. Ada nasi merah dengan ikan asin. Sayurnya lalapan.
"Kami kekurangan pangan. Ada berapa dusun lagi menjadi pengikut aku. Kami butuh bibir padi untuk memperluas huma," kata Purbasari. "Purbararang melarang penjualan padi ke tempat kami. Negeri lain di sekeliling kami juga sudah ditaklukannya."
Jahat sekali. Blokade makanan agar pengikut Purbasari kelaparan. Tapi siapa yang mengajarkan mereka taktik cerdas itu yang belum pada masanya. Setahu aku dari perpustakaan virtual Planet Titanium taktik menghancurkan negeri pensuplai makanan itu dilakukan Sultan Agung. Okelah, Romawi pernah memblokade Chartago dengan kekuatan besar.
Pertanyaannya, ini kekuatan tidak terlalu besar. Tetapi persenjataan canggih, pergerakan pasukan efesien.
"Siapa panglima mereka? Apa Indrajaya?" tanyaku. Aneh, Hiyang mampu membuat aku fasih berbahasa Sunda.
"Adikku Purbaendah. Sejak dia menemukan benda langit itu dia jadi pintar. Sepertinya dia punya penolong di kahyangan atau malah dari langit angkara. Sayangnya, dia memilih jadi sekutu Purbarang."
Benda langit? Jangan-jangan pesawat dari Titanium dulu yang tertinggal. Atau koloni manusia dari planet lain juga  terdampar di sini. Keterangan ini memperkuat dugaanku sebelumnya.
 Dia paham tenologi. Ada yang mengajarinya.  Entah siapa. Tidak mungkin dia bisa sendiri.  Berarti ada orang lain yang membantunya. Namun waktu di istana, orang itu tidak tampak.  Bisa jadi Purbaendah punya sekutu sendiri tanpa setahu Purbararang. Lalu apa maunya? Dia berkali-kali tidak membunuhku. Sepertinya dia tahu siapa aku.  Dia juga tidak mau membunuh serampangan, apalagi orang tidak berdaya. Tadi yang membunuh Indrajaya. Purbaendah, hanya mempermainkan laki-laki yang jadi tawanannya.  Sepertinya senang kalau laki-laki bertekuk lutut di kakinya.Â
"Aku bisa bantu Adinda Purbasari  memperluas huma. Aku bawa bibit padi berkualitas di pesawat aku dari Titanium kalau kalian menyebutnya Kahyangan," ucap aku.
Wajah Purbasari, Purbaleuwih menjadi cerah. "Bagaimana caranya?"