Para penduduk berlutut.
"Dewa? Haiyaaa..." aku menyuruh mereka berdiri. Â Kemudian pamit kembali ke hutan. Pasalnya aku menyadari membahayakan penduduk. Â Aku bertemu gembala dengan serulingnya. Dia rupanya mendengar suara ribut di kampung dan melihat tentara Pasir Batang lari terbirit-birit.
"Nama anjeun siapa, Lutung Kasarung?"
"Sebut saja begitu, sok atuh..!"
Aku membiarkannya mengikutiku.
"Anjeun saha?"
"Dadung..Dadung Balaputra..." jawabnya.
"Abah kamu kamana?"
"Tak aya..." jawabnya.
"Ambu?"
"Tak aya juga..."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!