Serigala, buruk sekali reputasimu. Sampai namamu dipakai buat (julukan) manusia. Apa yang salah padamu, pada keempat kakimu, yang membawamu di pegunungan bersaljumu itu? Apa yang salah juga pada taring-taringmu yang kau gunakan hanya untuk makan, mengoyak daging. Kebetulan saja sesekali ada manusia bernasib maang di teritorialmu.  Tapi selebihnya manusia menembakmu demi kesenangan (sebuah puisi yang saya tulis pada 18 Maret 2002 setelah menonton film "Brotherhood of The Wolf").
La Bete du Gevaudan pernah saya baca secara ringkas waktu les di CCF dulu. Kisahnya pada abad ke 18 ada seekor binantang misterius menteror Prancis dan menyebabkan sejumlah korban. Penyebabnya dituding  kepada serigala berpunggung raksasa "Un loup de taille gigantesque, sekitar Montpellier.
Fakta sejarahnya La Bete de Gevaudan ini pada 1764, meneror sebuah distrik terpencil di Prancis, menewaskan lebih dari 60 wanita dan anak-anak dan merobek hati dan vital mereka.
Rupanya legeda ini diangkat ke layar lebar oleh sutrdara Christope Gans. "Brotherhood of The Wolf" atau "Pacte de Loops". Ceritanya berkisar pada tahun 1764, pada masa pemerintahan Raja Louis XV. Raja mendengar ada binatang (dianggap) jejadian  itu dan meminta seorang ahli ilmu alam sebagai detektif Gregoire de Fronsac (dibintangi Samuel Le Bihan). Dia ditemani Indian dari Kanada bernama Mani (Mark Decascos). Mereka membantu bangsawan-bangsawan setempat  melawan mahluk yang tadinya dikira serigala biasa aja.
Belakangan Fronsal mengetahui bahwa mahluk itu sengaja dipelihara untuk merosotkan wibawa raja oleh suatu sekte yang disebut pakta serigala, yang dipimpin seorang bangsawan gila. Â Frontac membongkar kasus ini diselingi percintaan dengan Marianne de Mollingiare.
"Brotherhood of The Wolf" bukan film horor menurut saya. Walau pun horor jenis klasik, penuturannya khas Prancis tentang abad ke 18-19. Â Petualangan sejarah dengan romans seperti cerita sastra. Â Sang pahlawan nyaris terbunuh.
Gambarnya lagi-lagi bagus dan alurnya lambat, Â Ini untuk menunjukkan detail seperti umumnya film Eropa. Warna erotismenya kuat lagi-lagu khas film Eropa (Prancis). Â Samuel Le Bihan dan Mark Dacascos berakting bagus sekali, juga Monica Belluci sebagai wnaita misterius penunjuk mereka. Â Walau saya kira bukan film Eropa terbaik.
Detail historisnya bagus (walau tidak diakui berdasarkan kisah nyata). Diakhiri dengan suasana Revolusi Prancis yang mengambil korban anak-anaknya sendiri seperti kata Dante. Â Menurut saya (sutradara menfasirkan) inilah serigala-serigala sebenarnya. Manusia lebih serigala daripada serigala.
Ini menari,  waktu film itu rilis pada 2002, era film-film bernuansa post modernisme bermunculan, di antaranya terkaitan sekte, cult, dunia roh, seperti cerita sutradara blasteran India  M Night Shyamalan.
Kedua ada atraksi bela diri yang diperakan tokoh indiannya bernama Mani, mengingatkan seni bela diri Timur.
Dongeng Barat klasik juga dimasukan lewat, tokoh bangsawan bernama  Jean-Francois (Vincent Cassel), yang memiliki satu tangan. Hanya saja diamembuat senapan yang dapat disangga di lekuk bahunya dan menembakan peluru perak.
Ketiga, sinematografinya indah, sekaligus menyeramkan, kabut,rawa-rawa, lumut, tanaman merambat, tanaman merambat, dan hingga dekorasi interior abad ke-18 yang artistik membuatnya menjadi film fantasi  yang ekstravaganza.
Secara keseluruhan "Brotherhood of The Wolf" adalah film berkaitan dengan serigala yang saya suka setelah "The Company of Wolves", film Inggris rilis 1984, yang saya tulis di  https://www.kompasiana.com/jurnalgemini/5c00a83bab12ae2abe40dce3/the-company-of-wolves-versi-horor-dongeng-mantel-merah?page=all
Film  ini juga memberi saya inspirasi untuk menyukai film terkait post modernisme. Â
Irvan Sjafari
Review film ini di diary saya pada 18 Maret 2002, baru dipublikasikan dengan tambahan data, sekaligus juga dalam rangka mengisi waktu  di rumah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H