Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Manusia dan Serigala dalam "Brotherhood of The Wolf" (2002)

5 April 2020   21:52 Diperbarui: 5 April 2020   21:57 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Poster diambil dari Daily Motion.

Serigala, buruk sekali reputasimu. Sampai namamu dipakai buat (julukan) manusia. Apa yang salah padamu, pada keempat kakimu, yang membawamu di pegunungan bersaljumu itu? Apa yang salah juga pada taring-taringmu yang kau gunakan hanya untuk makan, mengoyak daging. Kebetulan saja sesekali ada manusia bernasib maang di teritorialmu.  Tapi selebihnya manusia menembakmu demi kesenangan (sebuah puisi yang saya tulis pada 18 Maret 2002 setelah menonton film "Brotherhood of The Wolf").

La Bete du Gevaudan pernah saya baca secara ringkas waktu les di CCF dulu. Kisahnya pada abad ke 18 ada seekor binantang misterius menteror Prancis dan menyebabkan sejumlah korban. Penyebabnya dituding  kepada serigala berpunggung raksasa "Un loup de taille gigantesque, sekitar Montpellier.

Fakta sejarahnya La Bete de Gevaudan ini pada 1764, meneror sebuah distrik terpencil di Prancis, menewaskan lebih dari 60 wanita dan anak-anak dan merobek hati dan vital mereka.

Rupanya legeda ini diangkat ke layar lebar oleh sutrdara Christope Gans. "Brotherhood of The Wolf" atau "Pacte de Loops". Ceritanya berkisar pada tahun 1764, pada masa pemerintahan Raja Louis XV. Raja mendengar ada binatang (dianggap) jejadian  itu dan meminta seorang ahli ilmu alam sebagai detektif Gregoire de Fronsac (dibintangi Samuel Le Bihan). Dia ditemani Indian dari Kanada bernama Mani (Mark Decascos). Mereka membantu bangsawan-bangsawan setempat  melawan mahluk yang tadinya dikira serigala biasa aja.

Belakangan Fronsal mengetahui bahwa mahluk itu sengaja dipelihara untuk merosotkan wibawa raja oleh suatu sekte yang disebut pakta serigala, yang dipimpin seorang bangsawan gila.  Frontac membongkar kasus ini diselingi percintaan dengan Marianne de Mollingiare.

"Brotherhood of The Wolf" bukan film horor menurut saya. Walau pun horor jenis klasik, penuturannya khas Prancis tentang abad ke 18-19.  Petualangan sejarah dengan romans seperti cerita sastra.  Sang pahlawan nyaris terbunuh.

Gambarnya lagi-lagi bagus dan alurnya lambat,  Ini untuk menunjukkan detail seperti umumnya film Eropa. Warna erotismenya kuat lagi-lagu khas film Eropa (Prancis).  Samuel Le Bihan dan Mark Dacascos berakting bagus sekali, juga Monica Belluci sebagai wnaita misterius penunjuk mereka.  Walau saya kira bukan film Eropa terbaik.

Detail historisnya bagus (walau tidak diakui berdasarkan kisah nyata). Diakhiri dengan suasana Revolusi Prancis yang mengambil korban anak-anaknya sendiri seperti kata Dante.  Menurut saya (sutradara menfasirkan) inilah serigala-serigala sebenarnya. Manusia lebih serigala daripada serigala.

Adegan dalam Brotherhood of The Wolf-Foto: Monsterfilm Lover
Adegan dalam Brotherhood of The Wolf-Foto: Monsterfilm Lover
Gans memadukan banyak unsur. Pertama,  kehadiran  sekte, perkumpulan rahasia (komunitas) yang digambarkan tidak hitam putih. Ada unsur politiknya bercampur paganisme dengan kepercayaan roh hewan,spiritualitas.  Dunia spiritualitas ini bertentangan dengan keyakinan tokoh utamanya Fronsac yang berpegang pada pengetahuan.

Ini menari,  waktu film itu rilis pada 2002, era film-film bernuansa post modernisme bermunculan, di antaranya terkaitan sekte, cult, dunia roh, seperti cerita sutradara blasteran India  M Night Shyamalan.

Kedua ada atraksi bela diri yang diperakan tokoh indiannya bernama Mani, mengingatkan seni bela diri Timur.

Dongeng Barat klasik juga dimasukan lewat, tokoh bangsawan bernama  Jean-Francois (Vincent Cassel), yang memiliki satu tangan. Hanya saja diamembuat senapan yang dapat disangga di lekuk bahunya dan menembakan peluru perak.

Ketiga, sinematografinya indah, sekaligus menyeramkan, kabut,rawa-rawa, lumut, tanaman merambat, tanaman merambat, dan hingga dekorasi interior abad ke-18 yang artistik membuatnya menjadi film fantasi  yang ekstravaganza.

Secara keseluruhan "Brotherhood of The Wolf" adalah film berkaitan dengan serigala yang saya suka setelah "The Company of Wolves", film Inggris rilis 1984, yang saya tulis di  https://www.kompasiana.com/jurnalgemini/5c00a83bab12ae2abe40dce3/the-company-of-wolves-versi-horor-dongeng-mantel-merah?page=all

Film  ini juga memberi saya inspirasi untuk menyukai film terkait post modernisme.  

Irvan Sjafari

Review film ini di diary saya pada 18 Maret 2002, baru dipublikasikan dengan tambahan data, sekaligus juga dalam rangka mengisi waktu  di rumah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun