Semula hanya penundaan tayangan sejumlah film nasional di bioskop, seperti "Tersanjung The Movie", pembatasan jumlah penonton dalam satu studio, namun sejak 22 Maret lalu, Jaringan XXI menyatakan non aktif untuk sementara waktu.
Dampak pandemi covid-19 akhirnya menyentuh dunia hiburan. Bisa dipastikan jumlah penonton film Indonesia pada 2020 akan anjlok, setelah mencapai puncaknya dengan pada 2018 dan  2019, masing-masing sekira 51 juta penonton (1).
Sejumlah petunjukan musik juga dipastikan ditunda, yaitu festival musik cadas Hammersonic yang seharusnya digelar pada 27-28 Maret di Karnaval Ancol, juga pertunjukan Dream Theater di tempat sama 16 April mendatang hingga Tur Band Dewa 19 dan masih banyak lagi (2).
Saya harus ikhlas mengurungkan niat saya untuk "hang out" ke Bandung menyaksikan Festival Peringatan Konferensi Asia Afrika ke 65 pada 17-19 April mendatang dan juga mengharapkan menyaksikan konser Kampoeng Jazz yang biasanya rutin digelar Fakultas Hukum Unpad, yang diperkirakan dilangsungkan pada April 2020.Â
Kedua perhelatan itu juga masih jadi tanda tanya dilangsungkan atau tidak. Untuk keluar kota pun belum tentu bisa dan kalau ada uang, mengingat harus juga menopang keluarga saya menghadapi situasi ekonomi tidak menentu.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil  juga sudah mengatakan pihak panitia sebaiknya dapat mengkalkulasi risiko acara tersebut dengan matang. Pasalnya, saat ini berbagai negara pun telah banyak menunda atau membatalkan acara tempat berkumpulnya massa demi meminimalisasi penyebaran virus corona (3).
Mencari hiburan tinggal bergantung pada televisi. Â Tepatnya kreativitas pengelola stasiun televisi. Sejumlah sinetron popuer kembali re-run, seperti "Si Doel Anak Sekolahan", "Preman Pensiun", mengingat sinetron stripping "Tukang Ojek Pengkolan" dan "Dunia Terbalik" sudah "libur syuting" dan RCTI menayang ulang sejumlah episode.
Segala proses produksi sinetron-sinetron Sinemart yang tayang di stasiun televisi SCTV resmi dihentikan pada 25 Maret 2020. Penghentikan tersebut dilakukan guna mencegah semakin menyebarnya virus Corona (Covid-19) (4).
Pertanyaannya apa yang kira-kira harus dilakukan Stasiun Televisi untuk isi slot acara? Â Pertunjukan musik mungkin bisa berlangsung tanpa penonton di studio, juga acara talk show. Â Saya kira kendalanya tidak terlalu berat.
Bagaimana dengan film? Sejumlah film lawas baik Barat maupun Indonesia bisa diputar. Saya jadi ingin nonton film "Cinta Pertama" (1973) yang dibintangi Christine Hakim? Jadi tanda tanya apa fisik filmnya masih bagus atau tidak. Â Setahu saya baru "Lewat Djam Malam" dan "Tiga Dara" era 1950-an film lawas yang direstorasi, tetapi boleh diputar di televisi.
Persoalannya film Barat yang diputar kerap itu-itu saja atau terlalu sering diputar, mengapa tidak dicari film era 1960-an seperti film Alfred Hitchcock, hingga era 1980-an juga serial televisi era itu yang menjadi legenda.  Saya kangen dengan "Fox Theater Mistery"  dan "Twilight Zone", horor  yang supranatural dan tidak norak.  Â
Tapi bukankah film kontemporer bukan hanya Hollywood atau Bollywood atau China, ada film produksi negara Eropa, Jepang, Korea, Australia, Thailand, Malaysia, negara-negara lain? Mungkin Korea masih bagus penontonnya. Juga Thailand sebetulnya.
Tapi pertimbangan pertama saya kira stasiun televisi gamang: mendatangkan iklan atau tidak? Â Ya, pengguna televisi bisa memutar VCD atau DVD, kalau punya stok yang cukup. Walau pernah dilihat.
Alternatif lain iya, televisi online seperti Netflix, Mola TV bisa punya stok film beragam. Sekalipun untuk acara sepak bola, sejumlah Liga ditunda. Mau tidak mau Youtube bisa jadi alternatif, karena memuat jutaan tayangan musik Indonesia dan luar hingga film. Tentunya bagi mereka yang punya notebook atau laptop dan smartphone dengan layanan data yang memadai. Â Kreativitas untuk beberapa lama akan berpindah ke dunia maya. Â Tentunya lebih bersifat individu.
Mudah-mudahan Pandemi covid-19 segera berlalu. Sebab kalau terlalu lama, Â jangankan mencari hiburan, untuk urusan perut saja juga menjadi tanda tanya, bahkan juga kesehatan dan keselamatan.
Irvan Sjafari Â
Catatan Kaki:Â (1) Â (2) Â (3)Â (4)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H