Reaktor ini mempunyai kapasitas tenaga maksimum 250 Kilowatt. Aliran neutronnya 10 pangkat 12 neutronper sentimeter persegi. Reaktor ini mempunyai unsur bahan bakar zirconium hibrida dicampur dengan uranium yang diperkaya sampai 20 persen dalam U-235. Bahan U-235 tersedia paling sedikit untuk lima tahun. Kapasitas reaktor ini dapat membuat 80 isotop.
Meskipun dibangun dalam situasi ekonomi yang sulit, pembangunan reaktor atom ini merupakan visi dari Sukarno tentang bangsa Indonesia yang ingin sederajat dengan bangsa lain. Sukarno menginginkan Indonesia menguasai teknologi yang bisa mensejahterakan rakyatnya, di antaranya teknologi atom. Dengan adanya reaktor atom, maka bidang-bidang pembangunan akan terdongkrak dan membuat Indonesia menjadi negara maju.
Kehadiran reaktor atom di Taman Sari, terjadi pada perang dingin yang makin meningkat dengan cepat. Hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat yang sebetulnya cukup baik ketika diperintah John F Kennedy. Terbunuhnya Keneddy pada 1963, tampaknya mengubah hubungan Indonesia dan AS. Pengganti Kennedy, Lyndon B Johnson justru melakukan intervensi di Vietnam Selatan, yang membuatnya dianggap sebagai pihak neokolonialisme, yang sangat dibenci Bung Karno.
Indonesia sempat berpaling ke Tiongkok,ketika negeri itu berhasil melakukan ujicoba bom atom pertamanya pada 16 Oktober 1964. MF Mukthi dalam tulisannya "Kisah Bom Atom di Indonesia" dalam Historia 28 Maret 2015 menceritakan Keberhasilan Tiongkok dalam ujicoba bom atom pertamanya pada 16 Oktober 1964 menginspirasi Sukarno.
Kemudian diam-diam, Sukarno mengirim ahli-ahli nuklir dan petinggi militer Indonesia ke Tiongkok untuk belajar membuat bom atom. Hal itu dia lakukan karena adanya perjanjian mengikat antara Indonesia dengan AS, yang tak membolehkan Indonesia berpaling dari AS dalam pengembangan nuklirnya.
Sejarah kemudian mencatat situasi politik dalam negeri tidak memungkinkan hal itu terjadi, terutama setelah peristiwa 30 September 1965. Perubahan pemerintahan pun terjadi. Hingga saat ini masih ada merupakan tanda tanya apakah perkembangan reaktor atom Indonesia berikutnya itu sesuai visi dan yang dibayangkan oleh Sukarno.
Irvan Sjafari
Catatan Kaki:
Sumber Primer
Berita Antara, 18 Februari 1965, 20 Februari 1965