Setelah menyatakan keluar dari PBB pada Januari 1965, hubungan luar negeri Indonesia dan Amerika Serikat  berada dalam kondisi terburuk. Latar belakangnya ialah konflik terbuka antara AS dan Vietnam Utara pada Februari 1965, ketika terjadi serangan udara yang dilakukan AS pada sejumlah tempat di negara itu.
Publik di Indonesia tidak terlalu tahu bagaimana serangan itu bisa terjadi, tentunya pihak AS punya versi sendiri. Â Tetapi peristiwa ini memberi amunisi bagi pemerintah Sukarno untuk membakar semangat anti neokolonialisme, anti imprealisme barat, terutama untuk politik dwikora, konfrontasi terhadap Malaysia.Â
Wakil PM Subandrio pada 9 Februari mengeluarkan pernyataan mengecam serangan itu dan memperingatkan agar seluruh rakyat Indonesia tetap waspada.Â
Selang beberapa hari setelah pernyataan itu ribuan pemuda, pelajar dan mahasiswa ibu kota melancarkan demonstrasi besar-besaran di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta mengutuk agresi AS terhadap Vietnam Utara. Â Para pengunjuk rasa menuntut agar AS menghentikan petualangan berdrahnya terhadap rakyat Vietnam Utara.
Reaksi lebih keras terjadi Sumatera Utara, sejumlah perkebunan milik perusahaan AS (seperti perkebunan karet milik Goodyear) diambil oleh kaum buruh, sekalipun tanpa insiden. Â Dalam aksinya pada 15 Februari, para pengunjuk rasa mengumumkan aksi bersama mengganyang imprealisme AS.
Pada hari yang sama Gedung AS di Jalan Sagara 4 diserbu  dan diduduki olehsekelompok pemuda Jakarta yang terkait PB Front Nasional. Ini merupakan kedua kalinya USIS digeruduk oleh para pemuda.  Pada 2 Desember 1964  para pemuda membakar bendera Amerika, buku-buku perpustakaan dan menghancurkan kaca-kaca jendela gedung itu.
Reaksi agak berbeda terjadi di Kota Bandung. Sejumlah pelajar dan mahasiswa di kota kembang itu menggelar apel besar di Gedung Front Nasional Jawa Barat di Jalan Wastu Kencana/22. Â Dalam aksi pada 22 Febuari itu itu para pelajar dan mahasiswa mengutuk serangan AS. Â Namun tidak semua kelompok menyetujui aksi itu.
Front Pemuda Jabar justru menyatakan penyesalannya, karena bisa aksi itu melanggar keputusan antar kelompok pemuda. Â Imbasnya bisa menyebabkan perpecahan di kalangan pelajar dan mahasiswa.Â
Pasalnya sebagian pemuda dan mahasiswa lebih menginginkan fokus menghadapi Konferensi Islam Asia dan Afrika yang digelar di Bandung pada 6 hingga 13 Maret 1965. Â Bisa diintepretasikan bahwa kalangan pelajar dan mahasiswa Islam melihat itu sebagai aksi kelompok kiri dan bisa menimbulkan reaksi dari kalangan negara Islam yang diundang ke KIAA pertama itu.
Peresmian Reaktor Atom Taman Sari
Ketika hubungan Indonesia dan AS sedang menegang, Reaktor Atom Traga Mark yang batu pertamanya diletakan Sukarno pada 9 April 1961 siap untuk diresmikan. , pembangunan reaktor atom mulai dilaksanakan pada Januari 1962. Disusul, 5 Maret 1964 jantung reaktor, tangki alumunium itu tiba melalui kapal di Tanjung Priuk. Disusul bahan bakar atom tiba di Kemayoran pada 12 Oktober 1964. Pembangunan reaktor juga dilakukan Serpong pada Januari 1965 di mana Sukarno juga meletakan batu pertama.