Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bandung 1964, Dinamika Pariwisata dan Paradoks Tata Kota

15 November 2019   20:58 Diperbarui: 15 November 2019   21:04 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Riung Gunung-Foto; Halo-halo Bandung.

Berenang mengedjar ombak, berdayung naik perahu  dan pula di Penandjung Anda dapat menyaksikan dari tempat ketinggian  di suatu tempat pengintaian binatang buas banteng, di situ pun Anda dapat menyaksikan taman laut yang indah laksana akuarium, goa-goa artistik penuh staglagnit, di Batu Hiu Anda bisa menyaksikan pantai dan alamnya yang permai....

Niti Tour bekerja sama dengan Depari Jawa Barat membina para mahasiswa menambah wawasan kepariwisataan.  Di antara yang digandeng ISCT (Indonesian Students Council for Tpurism) yang didirikan sejak 1959.  Pada 1964 diberangkatkan 300 peserta dan 1965 diberangkatkan sebanyak 450 peserta.

Nititour juga mengajak warga Bandung untuk berwisata ke luar Jabar. Misalnya saja Djawa Bali Round Tour dengan tarif Rp46.500   berangkat 13 November 1964 lama perjalanan 9 hari, bus serbaru, menginap di Salatgia, Tretes, Bali, Batu, Yogyakarta. Acara meliputi obyek wisata dan juga kesenian di Jawa dan Bali. Biaya termasuk akomodasi dan makan(3)

Di luar Niti Tour, Intra Tour juga Intratour mengadakan

  1. Pangandaran TRIP seharga  Rp5.000 dengan durasi 26 Desember -30 Des 1964
  2. Bali Tour 23 Desember-30 Desember 1964  dan 28 Desember 1964 hingga 5 Januari 1965 (4)

Selain Niti Tour, Tjendrawasih Tour juga menawarkan pembinaan bagi mahasiwi dan mahsiwi di Bandung menuntut ilmu kepariwisataan. Di antaranya menggelar  Danau Toba Tou sejak 21 hingga 30 Desember 1964, dengan GIA Electra Bandung-Medan dan di Sumatera menggunakan bus. Mereka menginap di bungalow dan makan tiga kali sehari.

Rute yang dikunjungi ialah Bandung-Jakarta-Medan-Pantai Cermin-Siantar-Prapat-Danau Toba-Pulau Samosir-Balige-Makam Sisingamangara-Simbahe-Bandar Baru-Brastagie-Kabandjahe. Biayanya cukup besar, yaitu Rp140 ribu All In (5)

Itu di luar kota. Dalam kota sendiri, rumah makan baru terus bermunculan. Boleh dibilang bisnis rumah makan yang besar, tidak lengkap rasanya kalau tidak membuka cabang di Bandung.  Pada 1964 Ayam Goreng Mbok Berek  membuka dua cabang di Bandung, yaitu di  Jalan Gandapura dan di Jalan Kertjati, selain di Yogyakarta dan Jakarta (6)

Masalah dalam Kota

Pertumbuhan bisnis pariwisata seakan berlawan dengan keuangan Kotapraja yang diumumkan defisit sebesar Rp311 juta pada akhir 1964.  Kenaikan harga pembelian barang guna pelaksanaan pekerjaan dan jaminan dituding sebagai penyebab defisit APBD.  

Untuk itu Pemerintah Kotapraja Bandung tinggal  berharap kekurangan dapat ditutupi oleh subsidi Pemerintah Pusat. Biaya pembangunan pada 1965 akan lebih besar lagi dan ditaksir bisa mencapai Rp1,212 miliar (7).

Di satu sisi pelayanan untuk kota tidak terpenuhi, Ketua Kompleks Jalan Asia Afrika Alakteri-Oto iskandar Di Nata bernama Tan Beck Hiap mengeluhkan jalan ABC bertambah ramai, tetapi kekuarangan lampu jalan untuk peenerangan. Akibatnya toko-toko pada pukul 19.00 terpaksa tutup, sekalipun jalan masih ramai (8).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun