Paradoks: Perempuan di Dunia Kriminal dan Pelacuran
Dari segi partisipasi perempuan, Bandung  pada pertengahan 1960-an juga menyimpan paradoks. Keterlibatan perempuan dalam dunia kriminal menjadi mencolok pada 1964 dengan modus "keperempuanannya" dijadikan senjata utamanya. Sekalipun angkanya kecil, tetapi kualitas aksi mereka mengejutkan warga kota.
Namun yang mmebuat gempar Kota Bandung ialah, sepuluh di antaranya perempuan. Â Mereka tertangkap basah mencopet di Jalan ABC, Pasarbaru dan Jalan Asia Afrika. Â Mereka lebih lihai dibandingkan para prianya dan dalam pemeriksaan yang berwajib anggota kepolisian kewalahan menghadapinya.
Mereka tak jarang berparas cantik, lincah dan ada pula yang lembut, keibuan, dengan tangan yang lincah (6)
Modus operandinya apabila korbannya perempuan, mereka berpura-pura seperti teman lama yang telah terpisah sejak lama, merangkul hingga korban tidak menyadari barang berharganya hilang. Sementara apabila sasarannya laki-laki, mereka menggunakan cara romantis dan rayuan.
Yang lebih mengejutkan ada yang menggunakan anak kecil yang pura-pura minta sedekah dan korbannya menjadi lengah dan tidak menyadari sudah digerayangi. Â Itu sebabnya dalam Operasi Tutup Saku ada anak kecil yang ikut terjaring.
Para pelaku datang dari luar Kota Bandung. Di antara mereka terdapat L bin R, berusia 35 tahun. Â Tertangkap basah mencopet gelang dua hari menjelang lebaran di Pasarbaru. Â Perempuan ini mengaku datang dari Ceper, Klaten, Jawa Tengah.Â
Mulanya ia berdagang telur di kotanya, namun kehabisan modal karena melahirkan anak keduanya.  Dia sendiri sudah punya anak usia 13 tahun  dan duduk di bangku SD. Dia berhutang Rp40 ribu dan menjual rumahnya. Kemudian mengadu nasib ke Bandung dan baru empat hari tertangkap karena menjambret di Pasarbaru.
Anehnya, ketika dia berhasil menjambret gelang kebingungan mencari jalan lari dan mengembalikannya ke pemiliknya. Akibatnya dia mendapat pukulan dari orang-orang di pasar dan diserahkan ke polisi.
Kepolisian meragukan bahwa para pencopet perempuan itu datang ke Bandung, tidak punya famili dan mencari kerja. Polisi menduga para perempuan itu memang keahlian mencopet. Yang lebih menakjubkan lagi perempuan itu dalam memberikan jawabannya begitu tenang.
Kejahatan yang melibatkan perempuan juga dilaporkan terjadi awal 1964. Â Perempuan menjadi pelacur dijadikan umpan menjebak laki-laki kaya dan kemudian diperas oleh satu kawanan. Â Pada Maret 1964 seorang perempuan pelacur ditangkap Kepolisian Kotabesar Bandung, setelah ada laporan dari korban bernama O bin M yang diperas oleh dua orang berseragam hijau sehabis berkencan dengan seorang pelacur (7).