Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Ambu": Kasih Ibu, Kearifan lokal dan Konflik Generasi

2 Mei 2019   23:27 Diperbarui: 3 Mei 2019   10:47 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam Film Ambu-Foto: Skrytree Picturesm Instagram,

Adegan Ambu mendamprat Nona mewakili hal itu: "Kamu hanya mementingkan diri sendiri" (kamu sendiri bisa mewakili orang Jakarta (sebagian) yang sok tahu dan merasa benar).

Saya mengintepretasikan Ambu bukan saja sekadar ibu, tetapi juga makna lebih luas. Dalam cerita Lutung Kasarung ada sosok yang disebut Sunan Ambu.  Menurut sebuah referensi Sunan Ambu adalah sosok betari atau Dewi sebagai perempuan gaib penguasa khayangan dalam kepercayaan Sunda buhun. Namun peranannya lebih dari itu, karena sosoknya juga dianggap sebagai "ibu" dari kebudayaan Sunda. Arti Sunan Ambu sendiri berasal dari Bahasa Sunda Susuhunan Ambu, Susuhunan adalah "seseorang yang dimuliakan", sementara ambu bermakna "ibu" (1).

Ambu bukan saja sekadar ibu, tetapi juga penjaga tanah dan adat dan dalam film ini sosok Fatma adalah anak yang hilang dan harus direbut kembali. Begitu juga dengan Nona, yang lebih tidak mudah ditundukan.  Film besutan Farid Dermawan ini menawarkan filosofi yang mendalam kalau direnungkan.  

Ambu adalah film kedua yang saya kejar setelah Dilan 1991, karena kebetulan berkaitan dengan minat saya pada sejarah Bandung dan Tatar Sunda, dan saya beruntung bisa hadir di press screening 1 Mei lalu.  

Konflik antara  modern diwakili industrialisasi yang kerap mengabaikan lingkungan hidup dengan kultur orang Priangan dan juga Banten yang lekat dengan tanah (huma) dan hutannya, menjadi isu penting seiring dengan berkurangnya lahan pertanian akibat keserakahan.  Apa yang dilukiskan dalam film Ambu tentang perlunya menjaga keselaran dengan alam, juga saya temui di Kampung Naga, Tasikmalaya  beberapa tahun yang lalu.  

Film ini juga bernafas feminis karena menghadirkan sosok perempuan yang tangguh, seperti Ambu Misnah, Fatma bahkan juga Nona. Begitu juga Apsha, walaupun ibu rumah tangga, tetapi juga bisa mandiri dengan menenun. Ambu dalam cerita "Lutung Kasarung" sebetunya juga feminis.

Akhirnya Ambu adalah film yang harus ditonton oleh keluarga dengan pesan yang tidak menggurui. Kasih ibu itu tidak harus diucapkan, tetapi bagaimana paniknya Ambu ketika tahu masalah yang dihadapi Fatma dalam berapa adegan cukup membuat air mata meleleh. Selain panorama kampung Baduy dengan kolecer (baling-baling bambu  yang tingginya ada yang sampai Sembilan meter), leuit (tempat penyimpanan padi), rumah beratap rumbia, menjadi kelebihan film ini. Apalagi warga Baduy juga dilibatkan dalam film ini.

Adegan dalam film Ambu-fto: Skytree Pictures-Instagram.
Adegan dalam film Ambu-fto: Skytree Pictures-Instagram.
Dari departemen kasting, Widyawati dan Luthesa menurut saya bermain paling apik. Benar-benar mewakili konflik dua "lingkungan budaya" Begitu juga Baim Wong menjadi wakil Jakarta yang lebih arogan lagi. Hanya saja ada berapa lubang dalam film ini, seperti mengapa sosok Nico-sekalipun akting Baim Wong juga memikat- yang harusnya paham dengan adat istiadat Baduy menjadi begitu menyebalkan tanpa sebab yang jelas. Bahkan sebagai orang pernah tinggal di Baduy berbuat gaduh membuat saya bertanya, apa yang ada  di benak tokoh ini?  

Soundtrack film ini bertajuk  "Semesta Pertamaku" yang dinyayikan juga  Widyawati membuat saya tidak bisa menahan tangis. Saya berharap film ini mendapatkan paling tidak  beberapa nominasi dalam Festival Film Indonesia mendatang.  Bagi Farid Dermawan sebagai sutradara untuk debutan, bolehlah. Empat dari Lima Bintang untuk Ambu.

Irvan Sjafari

Catatan Kaki:

  1. https://hystoryana.blogspot.com/2018/06/sunan-ambu-dewi-sunda-purba-menelusuri.html  diakses 2 Mei 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun